“Minyak abih, samba tak lamak“. Kalaupun iya juga, barangkali perihal inilah yang bakal jadi ending dari upaya HAB mendelegitimasi jabatan Ketua DPRD Kota Pariaman dari tangan Fitri Nora.
Apa pasal? Sebetulnya banyak faktor yang harus dijadikan acuan dan pertimbangan oleh HAB, untuk mengurungkan ambisi “rudapaksa” jabatan Ketua DPRD Kota Pariaman, melalui Andre Rosiade yang memang dinilai ugal-ugalan selaku Ketua DPD Gerindra di Provinsi Sumatera Barat.
Selain dicap jelas tak elegan, akibat merebut kekuasaan di tengah jalan tanpa tedeng aling-aling. Lebih-lebih yang namanya “rudapaksa”, tentu Fitri Nora sebagai seorang wanita, telah dilecehkan harkat emansipasinya dalam percaturan politik. Secara otomatis Fitri Nora menjadi tak tenang dan melawan.
Sementara di pihak HAB, bukan lagi rahasia umum, banyak hal yang musti dia korbankan. Waktu, tenaga, pikiran dan kocek yang tak sedikit untuk dikeluarkan. Itu semua harga pasti. Dan kalaupun jadi goal, harga yang dikorbankan tadi tak sebanding dengan hasil yang akan diperoleh nantinya.
Kita tidak tau teka-teki ke mana langkah politik HAB ke depan, sampai ngotot ingin mendongkel jabatan ketua DPRD yang usianya untuk saat ini sudah tidak produktif lagi. Yang jelas hasilnya ditaksir tak akan signifikan untuk menunjang karier politik HAB ke depan, dari segi apapun.
“Bajalan luruih bakato bana” sajalah, karena itu yang diajarkan nenek moyang kita di Minang. Sebab tak mudah merenggut kekuasaan yang sudah disahkan sesuai dengan tatanan.
Sebetulnya manuver yang dicipta kondisikan, “merudapaksa” jabatan Fitri Nora sebagai ketua DPRD adalah soal harga diri. Nah di Piaman, ini yang tidak diketahui orang. Soal harga diri, jangankan kalah, seri saja mereka tidak mau.
Sekarang mulai terlihat, Fitri Nora mulai menampakkan taji. Ya itu tadi, minyak abih samba tak lamak. Cakak pun muncul. Kesudahannya “cakak abih silek takana“. Bila demikian yang terjadi, satu hal yang harus diperhatikan HAB: menang jadi arang, kalah jadi abu. Sama-sama tak berguna.
Lebih baik fokus dengan langkah politik ke depan, linearkan dengan sasaran yang lebih elok dan santun tanpa menciderai kawan. ***
Discussion about this post