Siapapun yang terlahir ke dunia ini pasti pernah mengalami hal menyakitkan. Seperti halnya rasa sakit hati, yang saya sendiri sangat tahu rasanya. Berbagai pengalaman buruk di masa ini ataupun pada masa lalu bisa jadi penyebab sakit hati yang menahun dan pada akhirnya menyulitkan kita untuk memaafkan semua hal yang telah terjadi, tapi lain halnya dengan saya walaupun tersakiti tapi tidak pernah dendam karena dalam sanubari ini sifat yang saya bawa dari lahir dengan tipe yang tidak pendendam.
Memaafkan orang lain atas rasa sakit yang kita derita memang sangat sulit, bahkan mungkin tingkat kesulitannya dua kali lebih besar daripada meminta maaf,
Tapi, sesungguhnya melepaskan sakit hati dan dendam dengan memaafkan kesalahan orang lain juga akan melepaskan diri kita dari beban rasa pada jiwa.
Berbagi sedikit Kilas Balik kisah yang saya alami beberapa tahun sebelum duduk disebuah gedung wakil rakyat Kabupaten Agam Sebagai Kasubag Humas dan protokol DPRD Agam. Seperti kisah sukses dan perjalanan hidup kebanyakan, saya terbilang mengawali hidup dengan beragam kesusahaan dan kesulitan. Namun berkat rasa sabar dan kegigihan, saya bisa seperti saat ini.
Beberapa tahun lalu, saya pernah bekerja pada perusahan ternama dibidang bisnis properti, meski bekerja diperusahaan tersebut sambil dinas dikantor lebih kurang 3 tahunan.
Pada awalnya, saya di ajak oleh orang penting pada perusahaan PT Yumira yakni sang pemiliknya sendiri. bapak Juli Anwar memberikan amanah untuk mengawasi lokasi kavling beliau, karena waktu itu saya sedang mengalami bangkrut jadi ajakan tersebut diterima dengan senang hati, apalagi mengingat sedikit banyaknya saya juga punya pengalaman dan kemampuan tentang bisnis tersebut terutama cara menjual lahan.
Tidak gampang memang, bekerja jadi pengawasan, sementara yang kita awasi adalah orang-orang yang lebih dulu bekerja di perusahan tersebut. Karakter dan sifat yang berbeda menjadi tantangan untuk saya sebagai orang baru dalam perusahan. Demi menjalankan amanah saya mencoba bersikap profesional, sebagai pengawas tentu saya mengikuti perintah dari pimpinan untuk mengontrol pekerja yang masuk jam 08.00 wib pagi, jam 10.00 wib istirahat sebentar dan begitu seterusnya.
Waktu ditunjuk sebagai pengawas atau mandor, saya tak hanya duduk dan berdiri melihat, dengan senang hati pun saya langsung ikut terjun kerja dilokasi walaupun itu tidak menjadi tugas. Hanya karena ingin merasakan bahwa tidak mudah cari uang jadi kuli, saya ikut buat bandar, bongkar tanah, datarkan tanah, tumbangkan sawit sampai mengukur lahan untuk pemetahan sudah saya lakukan.
Tugas yang dilakukan tiap hari di evaluasi, apa saja yang telah dikerjakan di lapangan. Melihat rasa gigih saya, sang bos tentu senang karena kerja melebihi target. Karena mandor sebelumnya hanya berdiri dipinggir lokasi dan mereka tidak ikut panas-panas beda dengan saya yang ikut bergabung dengan kuli, walaupun kerja itu sudah melebihi dari yang ditugaskan saya masih minta untuk ditambah tugas, maka bos menambah untuk memasarkan dan pengurusan surat-surat dan saya siap melakukannya.
Di lapangan saya super sibuk dan saya tidak pernah lengah, hal tersebut saya lakukan bukan untuk cari muka atau ambil perhatian, tapi tekad yang ada dibenak saya untuk bekerja keras dan bangkit dari kebangkrutan yang saya alami.
Keperyaan sang bos Tiap hari semakin meningkat, kali ini bos mempercayakan saya untuk pegang uang apabila ada orang yang beli lahan. Sekaligus memberi gaji karyawan yang berjumlah 20 orang. Apabila gajian semua karyawan saya umumkan besok jangan bawa nasi saya yang traktir, mereka semua di lapangan yang tahu saya kuli sama dengan mereka karena saya juga ikut kerja, padahal itu saya lakukan atas raya simpatisan sebagai kawan.
Waktu itu, gaji perlokasi sebesar 5 juta. Karena saya bisa kerja lain seperti marketing dan bisa masuk kantor keluar kantor bos juga beri tambahan yang sangat lumayan dan saya bisa angsur hutang-hutang sama orang lain karena bangkrut.
Hampir semua kuli dekat, karena semua mereka saya sayangi dan sering berbagi cerita dan kalau sore mau pulang sering seloroh bagi yang tidak punya uang boleh pinjam pas gajian dikembalikanya, namanya uang tentu banyak yang mau.
Didalam yang banyak, mereka yang mengira saya dengan mereka sama-sama kuli dan anggota baru juga malah memunculkan rasa iri. Rasa iri dari mereka, secara tidak langsung telah menyebar, tak tanggung-tanggung berbagai hal yang tidak saya lakukan mereka sampaikan secara berbeda kepada bos. Banyakhal yang mereka katakan seperti saya sering keluar tinggalkan lokasi dan sering bilang kerja sebentar berdiri. kalau saya tidak dilokasi ada yang mengompori pekerja juga, padahal kebutuhan mereka semenjak saya masuk soal keuangan terpenuhi. Begitulah kehidupan sebanyak yang suka sebanyak itu pula yang tidak suka.
Tidak membesar dan membanggakan diri, tapi memang begitulah adanya, kerja keras, tekun dan displin akan membuat kita menaklukkan kerasnya hidup. Seberapapun terlukanya kita atas sikap dan perbuatan seseorang, belajarlah memaafkan, bukan untuk ketenangannya. Tapi untuk ketenangan jiwa kita sendiri. Meski pada hakikatnya memaafkan tidak bisa membuat kita lupa pada rasa sakit yang ditanggung, setidaknya mengurangi beban pada diri kita. Berdamai dengan diri itu lebih baik.
Discussion about this post