Bukittinggi — Penetapan kembali program Muatan Lokal Pendidikan , seperti kesenian tradisional, terutama dalam bentuk gerak, memerlukan disusun kurikulumnya seperti yang sudah dilakukan oleh beberapa daerah.
Misalnya untuk muatan lokal pendidikan dalam gerak itu adalah Silek yang menjadi bagian kesenian tradisional Minangkabau, sampai kini belum ada kurikulumnya di Bukittinggi.
Padahal tahun ini program Muatan lokal pendidikan itu tersebut, menurut Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan, Dinas Dikbud Bukittinggi, Drs. Mulakhyar Dt. Sinaro, sudah mulai diterapkan kembali.
Justru kurikulum muatan untuk silek yang sudah dibuat oleh daerah lain seperti Kabupaten Agam, di Bukittinggi juga segera dirumuskan.
Menurut Dt. Sinaro, sebagai bagian dari kesenian tradisional Minangkabau, silek memiliki nilai dan filosofi yang tinggi.
“Dulu, sesuai dengan tradisi merantau, terutama anak bujang dibekali terlebih dahulu dengan silek, baik pencak silek, silek lidah dan silek bathin, sehingga begitu menyatu dengan kehidupan masyarakat,” tegasnya.
Dari nilai-nilai budaya dan filosofi hidup orang Minang tersebut, perlu kembali diperkenalkan dan dicintai oleh orang Minang sendiri.
Karena seiring dengan perjalanan waktu, untuk seni bela diri, silek seakan sudah terpinggirkan oleh seni bela diri dari luar. Padahal Sikek sendiri sudah diakui oleh badan dunia UNESCO sebagai warisan budaya tak benda.
Untuk menyusun kurikulum tersebut, menurut Kabid Kebudayaan Disdikbud Bukittinggi , perlu juga digandeng sejarawan dan pelaku serta praktisi silek yang ada di kota ini,termasuk IPSI tentunya. (Pon)
Discussion about this post