Lacurnya kedok “pelesiran” Kominfo Kota Pariaman yang dikemas sedemikian apik itu, yang disinyalir mencatut nama dan wibawa wartawan—dengan judul kemasan ‘Study Komparatif Wartawan’, perlahan mencuat kepermukaan.
PARIAMAN – Benar kata pepatah mengatakan: sehebat apapun menyimpan bangkai, toh akhirnya pasti ketahuan juga. Bau busuk ihwal isu jalan-jalan gratis akhir tahun ala Kominfo Pariaman ke Batam yang digelar sejak Selasa (4/12) kemarin, seketika mulai tercium.
Kadis Kominfo Kota Pariaman, Nazifah yang berkali-kali dihubungi wartawan, kendati pemberitaan meminta klarifikasi atas pertanggungjawaban dirinya ramai diributkan, tidak membuatnya bergeming. Terlebih pasca alasan konyol yang pernah dia lontarkan tentang “rangking media”.
Hal itupun sontak jadi pemicu kehebohan wartawan di Kota Pariaman. Kurenah Nazifah yang sentimentil tersebut tak pelak dicap sebagai upaya pengkotak kotakan, atau lazim disebut sebagai diskriminasi terhadap wartawan yang telah bermitra dengan Kominfo.
Celakanya, kesanteran Nazifah di mata sebagian besar wartawan Kota Pariaman semenjak menjabat Kepala Dinas Kominfo satu tahun belakang, banyak menuai kekecewaan akibat kurenah Nazifa yang melulu ‘membohongi’ wartawan dengan alasan-alasan klise. Baik soal kerjasama media, pembagian pariwara, serta terbaru soal study komparatif yang dinilai disriminatif.
“Alasan Nazifah itu ke itu saja sedari awal menduduki jabatan kadis. Dalam perspektif kita sebagai wartawan yang sudah beruban tugas di Kota Pariaman. Nazifah gagal merangkul wartawan. Kita menilai kinerja SOPD ini sejak satu tahun terakhir, Nazifah dalam mengkooptasi media tidak paham, jarang sekali oknum kadis ini menawarkan solusi, jawabannya selalu mentok,” tukuk Daralwi.
Seharusnya, dia melanjutkan, pejabat yang mengisi jabatan di Kominfo itu berjiwa “lapangan”. Memahami kebutuhan pertukaran informasi atau transaksi informasi publik, alias mumpuni. Setidaknya menguasai bidang jurnalistik, serta brand yang diusung tiap-tiap media. “Beginilah kalau SOPD tak mengerti regulasi,” paparnya.
“Jangan cuma bisa hura-hura habiskan APBD dengan cerita pepesan kosong. Sajikan berita basi tak bermutu. Kapan Pariaman bisa berkembang kotanya jika corongnya saja begitu? Cenderung diskriminatif,” pandangnya jelas.
Study Komparatif Wartawan ke Batam yang dihelat Kominfo baru-baru ini, digadangkan sebagai puncak kejenuhan wartawan menghadapi kinerja Nazifah yang tidak produktif.
Baca juga : ‘Study Komparatif Wartawan’ Kedok Kominfo Pariaman Pelesiran Akhir Tahun dengan APBD?
Tak salah jika hal tersebut dituai Nazifah. Pasalnya, usut punya usut, acara kegiatan Kominfo yang disinyalir sudah mencatut nama dan wibawa wartawan itu, tak lain berbau ‘paket liburan keluarga’.
Belakangan diketahui, konon dari 26 orang rombongan yang menikmati liburan tersebut. Selain sebagian adalah staf dan pejabat, dan sebagiannya wartawan. Terselip 2 oknum yang dicurigai merupakan kerabat dan keluarga kadis. Kedua oknum itu belakangan diketahui bernama Rifal (sopir pribadi Nazifah) dan Ricke Rahayu (keponakan Nazifah).
Melihat keganjilan ini, Pimpinan Redaksi media online Reportase Investigasi, Ikhlas Darma Murya (IDM) sesaat langsung bersuara. Dia menilai, sikap Nazifah yang sentimentil membuat sistem pemerintahan berakibat fatal pada pencapaian visi misi kepala daerah yang baru saja terpilih.
“Kinerjanya sering mendiskreditkan wartawan. Itu membuat sesama wartawan cemburu. Nah, kecemburuan sosial inilah mengakibat pengkotak kotakan pada masing-masing wartawan. Saya setuju Nazifah gagal mengkooptasi media. Dan gagal mengakomodir kebutuhan Pemko Pariaman dalam memajukan dan mempromosikan daerah melalui media. Yang namanya corong pemerintah itu “alun takileh alah takalam” menghadapi indepensi media dan punya idealisme. Sehingga mudah berbaur dengan wartawan,” pungkasnya.
IDM shock saat menyentil nama Rifal yang berstatus sopir pribadi Nazifah, serta Ricke Rahayu keponakan Nazifah yang nimbrung dalam rombongan study komparatif ke Batam. Dia berpendapat keberadaan kedua oknum tersebut jelas bukan pada porsinya. Meski status kedua oknum ini pegawai honor di Kominfo Kota Pariaman. “Wah, hebat yah. Bisa ngumpul bareng tiap hari. Semoga liburannya menyenangkan lah,” ujar IDM disambut tawa.
Kadis Nazifah dipandang kuat terindikasi menyalahi wewenang. Katanya, kendati Rifal dan Ricke merupakan pegawai honor di tempat yang dikomandoi Nazifah, tetap saja bukan pada porsinya untuk ikut dalam kegiatan study komparatif tersebut.
“Sekarang logika, ya. Kita tahu Ricke keponakan kadis, pegawai honor Kominfo bagian Umum, Rifal sopir. Lhah, di sini korelasinya apa dan kepentingan dua oknum itu ngapain coba? Kan itu bukan pada bidangnya. Jadi indikasi Nazifa menyalahi wewenang itu kuat mengarah, dan andaikata itu jadi temuan. Ya, kita lihat saja nanti,” cibir IDM.
(TIM)
Discussion about this post