PARIAMAN, R. INVESTIGASI — Untung tak dapat diraih, malang yang tak dapat ditolak. Mujur sepanjang hari, malang sekejap mata. Hal demikian itulah, yang sekarang tengah dirasakan oleh pasangan suami istri (pasutri) muda Fery Hermamsyah dan Rydha BRT, terhadap balitanya Isyana Putri Aisyah yang baru berumur 1 bulan. Isyana merupakan anak kedua dari pasutri muda ini.
Tadinya pasutri muda ini berharap bayinya mendapat pertolongan medis setelah dirujuk ke RSUP M. Jamil Padang dari rawatan pertama di RS Aisyiah Pariaman. Namun takdir berkata lain. Isyana, bayi mungil kelahiran 29 Maret 2020 itu harus pergi untuk selamanya, Rabu (29/4/20) setelah dilarikan ke M. Jamil Padang dari RS Aisyiah Pariaman.
Isyana diduga kuat adalah korban penelantaran pasien, akibat kelalaian RS M. Jamil dan kesalahannya dalam menangani pasien. Isyana meninggal tanpa mendapatkan penanganan medis yang wajar di M. Jamil. Isyana meninggal diduga karena kelalaian dan penelantaran yang dilakukan pihak RS M. Jamil.
Bahkan yang lebih tak manusiawinya lagi, kepergian Isyana mungil itu, dituduh sebagai pasien Covid-19 dengan status PDP tanpa ada keterangan apapun yang diberikan oleh M. Jamil kepada keluarga korban. Jelas tuduhan itu tak beralamat!
Pasalnya, pagi itu Rabu (29/4/20), hari-hari keluarga Fery berjalan seperti biasanya. Keluarga kecil itu dalam keadaan sehat wal afiat, tak ada kekurangan sedikitpun juga. Tetapi cobaan datang ketika Isyana disusui oleh ibunya setelah pagi itu dimandikan dan dijemur pagi bersama sang ayah.
“Seperti biasanya, tiap pagi sesudah mandi itu saya menjemur Isyana di depan rumah sambil menggendongnya. Setelahnya Isyana saya tinggal bersama ibunya untuk disusui, karena saya harus ke Sungai Limau ketika itu ke tempat orangtua saya,” sebut Fery mengawali cerita di hadapan media, Sabtu (2/5/20).
Tiba-tiba Kamis pagi (29/5) ketika disusui ibunya, Isyana tersendak seperti ada yang mengganjal pernapasannya. Seketika itu juga Ridha sang ibu menelpon suaminya yang baru sampai di Sungai Limau. Tak ingin hal lain terjadi pada bayi mungilnya itu, Ridha bergegas membawa Isyana ke RS Aisyiah yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari rumahnya, saat itu pukul 9.00 pagi.
Di sana Isyana mendapat pertolongan medis pertama. Karena minimnya peralatan medis dan tenaga kesehatan, pihak RS Aisyiah memberikan rujukan ke pihak keluarga agar Isyana dibawa ke M. Jamil Padang. “RS Aisyiah menyarankan agar membawa Isyana ke M. Jamil Padang atau RS Yos Sudarso Padang. Dan kami memilih untuk dibawa ke M. Jamil karena kata RS Aisyiah, peralatan medis M. Jamil lebih lengkap,” ulas Fery.
Seketika Isyana dibawa ke M. Jamil menggunakan ambulan milik RS Aisyiah bersama orangtuanya. Sesampai di M. Jamil hari menunjukan pukul 2.00 siang. Petugas RS Aisyiah pun memberikan keterangan rujukan ke pihak M. Jamil agar Isyana diberikan pelayanan medis lanjutan di situ.
“Perbincangan mereka alot, lebih dari satu jam saya bersama bayi saya berada di ambulan yang pada akhirnya anak saya dilarikan ke ruang isolasi pasien Covid-19,” tutur Fery.
Sampai di sini, lanjut Fery, mereka masih menerima kendati ada yang mengganjal dalam hati, takut terjadi hal yang tidak diinginkan dengan anaknya. “Mungkin karena SOP-nya begitu dengan keadaan Covid sekarang. Kami masih berusaha menerima,” ujarnya.
Musibah datang, di ruang isolasi, setelah dilakukan rontgen terhadap Isyana, petugas medis tak melakukan penanganan apapun terhadap buah hatinya. Sementara keadaan Isyana bertambah genting.
“Tidak ada penanganan medis apapun di sana setelah di rontgen. Bahkan dokter yang memeriksa Isyana menyesalkan kenapa bayi saya sampai dibawa ke ruang isolasi Covid bukannya di emergency. Bahkan cek darah pun tidak dilakukan, kami ditelantarkan!” paparnya.
Walhasil, apa yang dikhawatirkan orangtua korban terjadi. Pukul 5.00 sore harinya, Isyana sang bayi mungil itu meninggal.
Musibah pun berlanjut, pihak manajemen RS M. Jamnil menahan bayi Isyana untuk dibawa pulang oleh keluarga. “Di situ kami mulai berontak. Karena hasil rontgen Isyana tidak diberikan. Dan keterangan medis lainnya tidak diberikan kepada kami. Lalu tiba-tiba mau mengkremasi bayi kami dengan standar pasien Covid. Jelas kami menolak karena awalnya bayi di RS Aisyiah ditangani bukan karna Covid. Suhu bayi kami normal. Hanya saja terjadi penyumbatan paru-paru selepas menyusui,” ungkapnya lagi.
Dan lagi pun, ujar Fery, seandainya bayi Isyana adalah pasien PDP Covid-19 seperti yang dituduhkan M. Jamil, pastinya ia akan memilih untuk dirawat di RSUD Pariaman karena RS tersebut sudah menjadi RS khusus Covid. “Kalau bayi saya PDP Covid-19, pasti RS Aisyiah dan kami akan membawanya ke RSUD Pariaman. Karena di sana peralatan medis bayi lengkap untuk penangan pasien Covid,” tegasnya lagi.
Sementara itu, Direktur RS Aisyiah Syahrul Adhly membenarkan bahwasanya Isyana sebelum dibawa ke M. Jamil telah lebih dulu ditangani di RS Aisyiah.
“Benar, pasien datang Kamis pagi (29/4). Langsung ditangani di IGD, sempat dilakukan dengan pemasangan infus. Setelah dikonsul dengan dr. Robert akhirnya diputuskan untuk dibawa ke M. Jamil karena peralatan tidak memadai. Diagnosanya bukan pasien Covid-19, tapi penyumbatan paru-paru,” ungkap Syahrul yang dihubungi reportaseinvestigasi.com Sabtu (2/5/20). (IDM)
Discussion about this post