AUR MALINTANG, REPORTASEINVESTIGASI.com
Ironi. Begitulah gambaran pengerjaan proyek Pembangunan Rabat di Nagari III Koto Aur Malintang Selatan, Kabupaten Padang Pariaman. Pasalnya, selain pengerjaan proyek yang diduga keras tak sesuai spesi, alokasi besaran anggaran per item kegiatan juga terindikasi dimark-up.
Dari sepengamatan media yang melakukan peninjauan ke lokasi proyek, kuat dugaan pihak TPK bersama wali nagari selaku penanggung jawab anggaran, disinyalir memainkan perencanaan hingga pengerjaan proyek yang tak pelak menjadi sorotan media.
Edi Kosasih, Wali Nagari III Koto Aur Malintang Selatan, dari laporan warga yang diterima media, disebut-sebut sebagai biang penyebab yang paling bertanggungjawab terhadap buruknya mutu proyek. Edi Kosasih diduga kuat mengatur permainan proyek pembangunan yang menggunakan dana ADD dan juga dana yang berasal dari Pokir DPRD Propinsi Sumbar.
“Peralatan mobilisasi proyek itu semua dari wali nagari. Seperti molen dan Tiper pengangkut bahan material itu punya wali nagari,” tutur warga yang meminta dirahasiakan namanya.
Seyogianya kegiatan proyek yang menjadi sorotan media itu tak lain adalah kegiatan Lanjutan Pembangunan Rabat Jl. Pulai Tinggi Rimbo Sianok, yang dikerjakan menggunakan dana ADD serta dilanjutkan dengan menggunakan dana Pokir dewan untuk nagari.
Sepengamatan media, kegiatan pembangunan ini memang terhitung ganjil. Sayangnya, TPK kegiatan Usna, tidak bersedia untuk diminta tanggapannya. “Maaf Pak. Saya lagi kurang sehat, tidak bisa bicara lama. Jadi langsung saja ke kantor wali nagari Pak,” tulis pesan singkat Usna yang diterima media, Minggu (10/12).
Pasalnya, alokasi anggaran untuk kegiatan ini memakai dua sumber dana yang berbeda. Namun di lokasi terlihat hanya satu plang proyek saja yang terpasang, yakni kegiatan menggunakan dana ADD dengan nilai Rp. 87.750.000, sementara kegiatan proyek pembangunan jalan rabat beton yang menggunakan dana Pokir dewan propinsi tidak jelas volume fisik pembangunannya.
Sehingga disinyalir, TPK dan wali nagari kuat terindikasi memark-up volume kegiatan Pokir yang katanya berpagu Rp150 juta, sebab tidak jelasnya pelaksanaan proyek Pokir menjadi masalah serius untuk menghitung volume. Keterangan dari wali nagari menyebut pengerjaan proyek Pokir dilanjutkan dengan pekerjaan proyek dari dana ADD.
“Pagu proyek rabat Pokir itu cuma Rp150 juta, Pak. Pekerjaannya baru selesai. Uangnya belum dicairkan itu Pak. Pengerjaannya disambung dengan pekerjaan sebelumnya dari dana ADD,” aku Edi Kosasih, Wali Nagari III Koto Amal Aur Malintang Selatan kepada media via telpon pada Jumat (7/10).
Pantauan media menilai, betapa mirisnya realisasi proyek rabat yang bersumber dana ADD itu hancur dalam hitungan hari, kondisi fisik rabat beton tersebut saat ini sudah banyak yang merengkah, bahkan sisi-sisi jalan ada juga yang amblas akibat kurangnya adonan semen sehingga mutu beton terlihat keropos. Tak hanya itu, lebih parahnya dilihat dari bekas tumpukan material batu yang digunakan, terlihat banyak jenis batu apung.
Diduga kuat proses pekerjaan proyek tidak sesuai dengan spek, hingga ketebalan beton pun diragukan. Selain itu, Edi Kosasih juga mengakui kepada media tentang material yang dipakai diambil dari lokasi tambang batu bintang yang tak jauh dari lokasi. Padahal, izin lokasi tambang Batang Kulitan tersebut tidak dibolehkan pemerintah, mengingat kualitas material batu yang ada di sana tidak memenuhi uji labor. “Memangnya kenapa material dari sana. Proyek-proyek yang ada disekitar itu mengambil material dari sana,” akunya lagi. (Bersambung)
Discussion about this post