Biliak (kamar) merupakan, sebuah ruangan yang paling gampang ditemui saat kita masuk ke dalam sebuah rumah. Yang mana setiap orang, dapat atau boleh untuk memasukinya. Salah satunya sebagai, tempat untuk melepaskan penat saat lelah selesai beraktifitas.
Beda halnya Biliak pada Museum Istano Basa Pagaruyung. Yang mana, Biliak ini pada zaman dahulunya, tidak sembarang orang dapat masuk kedalamnya. Karena, Biliak pada Museum Istano Basa Pagaruyung dahulunya ini, dihuni oleh putrit-putri raja yang sudah menikah (berkeluarga).
Makanya, tidak sembarang orang dapat masuk kedalam Biliak tersebut. Seperti saat sekarangpun, walaupun hanya replika dari Biliak yang asli, pengunjung Museumpun tidak diizinkan untuk melewati batas yang telah ditentukan.
Biliak pada Museum Istano Basa Pagaruyung, kalau dihitung jumlahnya ada 9 ruang. Satu dari sembilan ruang tersebut, digunakan sebagai tempat jalan menuju dapur, yang disebut dengan “Selasar“.
Di antara Biliak tersebut, Biliak pertama atau yang paling kanan dihuni oleh, putri tertua raja (anak raja yang pertama), yang sudah menikah. Dan Biliak selanjutnya dihuni oleh, adik–adik putri raja yang juga sudah menikah juga.
Biliak pertama dimulai dari, kanan waktu masuk ke rumah (Istana). sebelah kanan tersebut, juga dikenal dengan sebutan “pangkal
rumah“. Dan biliak terakhir, berada di sebelah kiri yang disebut juga dengan “ujung rumah“.
Menurut artikel yang penulis baca serta narasumber yang penulis dengar mengatakan, umumnya rumah gadang dahulunya, ditempati oleh tiga generasi yakni ibu, nenek dan anak.
Bila si anak sudah dewasa, kelak yang laki-laki akan pergi merantau atau tinggal di rumah istrinya. Maka, ruang biliak yang ada di rumah gadang, akan diperuntukan untuk anak perempuan saja, kalau sekiranya rumah tidak cukup untuk menampung penghuninya.
Biasanya, apabila rumah tidak mampu menampung penghuninya, seperti rumah gadang Koto Piliang, akan mengadakan penambahan ruang yang baru. Penambahan ruang baru tersebut, dinamai Anjuang. Pembuatan Anjuang yang ada di Istano Basa Pagaruyang, menurut ceritanya, terilhami oleh sistim adat yang demikian.
Perlu diketahui, masing-masing biliak pada Istano Basa Pagaruyung, mempunyai sebuah jendela rahasia. Dalam istilah adat minangkabau dinamakan “Singok“.
Singok ini sendiri memiliki makna, diantaranya pertama, Setiap keluarga mempunyai kemerdekaan dan kedaulatan penuh.
Kedua, Setiap keluarga mempunyai kelengkapan yang layak sebagai sebuah keluarga.
dan yang ketiga, Setiap keluarga selalu siaga dan waspada terhadap bahaya yang mengancam keutuhan keluarga tersebut.
Jadi, Biliak pada Museum Istano Basa Pagaruyung, diperuntukan untuk anak-anak raja yang sudah berkeluarga dan tidak boleh dimasuki oleh sembarangan orang, yang memiliki jendela rahasia sebagai pedoman dalam bekeluarga.
Sumber
-Tokoh Budayawan Pagaruyung
(Basyir Dt. Bungsu)
-http://repo.iainbatusangkar.ac.id/
Discussion about this post