PAINAN – Besarnya potensi produksi perikanan laut yang dimiliki oleh Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), perlu dilakukan penggarapan secara maksimal.
Dikatakan demikian, sebab potensi produksinya mencapai 100 ribu ton per tahun. Karena besar, sehingga diyakini bisa memberikan kesejahteraan bagi masyarakat nelayan. Sebab hingga saat ini, rata-rata capaian produksinya baru berada pada kisaran 29-31 ribu ton per tahun.
Hal itu disampaikan ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pessel, Ermizen, Jumat (29/1) terkait harapannya kepada pemerintah daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan di daerah itu.
“Keterbatasan sarana tangkap merupakan salah penyebab produktivitas masyarakat nelayan rendah. Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius pemerintah, sebab dengan potensi produksi perikanan mencapai 100 ribu ton per tahun, maka sektor ini perlu sentuhan teknologi dan sarana tangkap yang memadai,” ungkapnya.
Ditambahkannya bahwa saat ini selayaknya pemerintah daerah melalui pihak terkait lebih mengutamakan pembangunan yang berkontribusi terhadap peningkatan perekonomian masyarakat.
“Upaya ini juga bisa dilakukan dengan cara menggenjot sektor perikanan melalui sentuhan-sentuhan program kerakyatan,” jelasnya.
Menanggapi kondisi itu, Kepala Dinas Perikanan Pessel, Andi Syafinal, ketika dihubungi mengatakan bahwa pihaknya saat ini terus berupaya memberikan dorongan kepada masyarakat nelayan, agar terus memaksimalkan produktivitasnya dalam mengelola sektor perikanan.
“Saya akui minimnya ketersediaan sarana tangkap, menjadi salah satu penyebab produktivitas masyarakat nelayan masih rendah di daerah ini. Agar potensi produksi perikanan laut mencapai 100 ribu ton per tahun itu bisa digarap maksimal, maka produktivitas mereka perlu terus ditingkatkan,” katanya.
Dia menambahkan bahwa salah satu upaya yang juga tengah dilakukan saat ini adalah melalui peningkatan sarana dan prasarana tangkap.
“Upaya ini sebenarnya telah kita lakukan sejak empat tahun terakhir melalui bantuan mesin tempel. Melalui upaya itu, sehingga sebagian besar masyarakat nelayan di daerah ini tidak lagi turun melaut dengan menggunakan perahu dayung. Minimal perahu yang mereka pakai menggunakan mesin pendorong long tail,” katanya.
Ditambahkannya bahwa menggunakan perahu dayung atau perahu layar untuk menangkap ikan di laut, sangat menantang dan rawan terhadap keselamatan.
“Sebab nelayan tidak bisa bergerak dengan cepat menghindari cuaca buruk. Beda bila menggunakan perahu motor, mereka bisa bergerak cepat ketika ancaman badai dan gelombang besar datang. Karena bisa bergerak cepat, maka ancaman terhadap resiko keselamatan juga kecil. Demikian juga dengan tingkat produktivitas dan hasil produksi yang didapatkan setiap kali turun melaut,” ungkapnya.
Diakuinya bahwa menangkap ikan dengan menggunakan perahu tradisional dengan mesin pendorong long tail, masih membuat produktivitas masyarakat nelayan masih rendah. Akibatnya membuat rata-rata produksi ikan hanya mencapai 29 hingga 31 ribu ton saja per tahun.
“Walau dengan keterbatasan sarana tangkap, tapi Pessel tetap berupaya berada pada posisi normal agar produksi perikanan laut bisa tercapai maksimal menurut potensi. Sebab bila dikelola secara maksimal, laut Pessel bisa menghasilkan produksi sebesar 100 ribu ton per tahun,” terangnya.
Ditambahkannya bahwa saat ini jumlah armada tangkap berupa mesin tonda, kapal payang, dan perahu yang menggunakan mesin lainnya ada sebanyak 2.392 unit di Pessel.
Untuk lebih meningkatkan produktivitas nelayan, kedepan pihaknya mentargetkan semua masyarakat nelayan memiliki perahu dengan menggunakan penggerak dari mesin.
“Sebab sekarang memang masih ditemui ada nelayan yang menggunakan perahu dayung turun ke laut untuk menangkap ikan,” tutupnya. (Robi)
Discussion about this post