Beberapa hari yang lalu Sumbar kembali disentakkan oleh bencana galodo dan lahar dingin Gunung Merapi. Kali ini lebih dahsyat dibandingkan yang sbelumnya. Sampai hari ini sudah sekitar 65 orang yang ditemukan wafat dan menjadi korbannya. 35 orang masih hilang dan dalam pencarian. Banyaknya korban yang tewas disebabkan bencana ini terjadi secara tiba-tiba pada malam hari sekitar jam 22.00 wib, di saat banyak warga Sumbar sudah beristirahat di rumahnya masing-masing.
Esok harinya Pemerintah Provinsi Sumbar yang dipimpin oleh Mahyeldi Ansharullah, melakukan inspeksi ke lapangan melihat kondisi jalan dan pemukiman warga yang rusak. Peristiwa nahas itu mengakibatkan 4 kabupaten terdampak parah, yaitu: Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kota Padang Panjang. Bahkan jalan bersejarah yang sudah berusia ratusan tahun, Jalan Lintas Padang – Bukittinggi tepatnya di Lembah Anai putus dan hancur dilanda banjir bandang ini. Cafe-cafe, tempat pemandian di sekitarnya juga hanyut terbawa arus, banyak korban warga dan pengemudi yang kebetulan lewat di sana yang ikut hanyut dan ditemukan meninggal dunia.
Di hari yang sama gubernur yang ingin ke lokasi bencana lewat melalui daerah Solok. Rupanya tiba-tiba di saat itu terjadi pula longsor di dari Sitinjau Laut. Dua buah mobil di depan rombongan gubernur terbawa longsor masuk ke dalam jurang dengan kedalaman mencapai 100 meter. Seketika Buya Mahyeldi langsung turun ke dasar jurang bersama beberapa yang hadir untuk membantu korban. Selama beberapa jam di dasar jurang, untuk menyelematkan korban, Alhamdulillah beberapa orang berhasil diselamatkan. Namun 1 orang dikabarkan meninggal dunia.
Sikap gubernur yang turun ke dasar jurang ini membuat rakyat Sumbar terkejut. Berbagai reaksi muncul terutama dari netizen. Banyak yang memuji karna langka pemimpin yang mau menempuh resiko berkorban nyawa untuk rakyatnya. Tapi ada juga yang mencemooh bahwa itu hanya pencitraan. Walaupun resiko pencitraan itu adalah nyawa Gubernur Mahyeldi itu sendiri.
Orang-orang yang mengenal Mahyeldi mengatakan bahwa bukan sekali ini beliau bersikap demikian. Setiap ada bencana Mahyeldi sejak jadi Walikota Padang selalu terjun dan menerobos lokasi bencana. Ketika banjir di Padang beliau bahkan menerobos arus banjir yang masih dalam untuk melihat kondisi warganya. Bahkan sebelum jadi walikota, Mahyeldi juga sudah teruji kepeduliannya dalam kegiatan aksi-aksi peduli bencana yang dilakukan oleh partai tempatnya bernaung yaitu PKS, yang dikenal sebagai partai terdepan yang terjun ke masyarakat sampai hari ini ketika bencana sebagai relawan.
Apalagi ketika tragedi gempa dan tsunami di Aceh, PKS waktu itu mengirimkan ribuan relawannya untuk membantu korban gempa dan bantuan ke sana. Termasuk dari PKS Sumbar yang waktu itu juga dipimpin oleh Mahyeldi.
Jika kita lihat dengan kacamata positif di sini ada ketulusan, keberanian dan kepedulian sebagai pemimpin yang sudah teruji oleh zaman dan membaur jadi karakter. Sebagaimana diungkapkan oleh para ahli kepemimpinan karakter positif ini memang dibutuhkan oleh rakyat dari seorang pemimpin tersebut. Tidak hanya berkata tapi berbuat.
Menurut Kouzes dan Poster dalam penelitiannya di buku Leadership Challenge, mengatakan bahwa empat kualitas utama yang dicari dan dikagumi orang dalam diri seorang pemimpin.
Kouzes mengatakan empat karakter itu adalah, mereka yang jujur, kompeten, menginspirasi, dan berwawasan ke depan. Karakteristik pemimpin yang dikagumi itu adalah yang memiliki kredibilitas. Karena kredibilitas adalah pondasi utama kepemimpinan. Kredibilitas itu ada pada kalimat “lakukan apa yang Anda katakan akan Anda lakukan”. Artinya seorang pemimpin itu harus berbuat dan membuktikan apa yang dia katakan.
Walaupun pemimpin itu bukan seorang yang cerdas dan punya banyak gelar akademik, tetapi jika tidak dibarengi oleh kecerdasan emosionalnya, kredibilitas dan karakternya sebagai pemimpin, maka dia tidak akan mampu untuk berbuat banyak dan dipercaya oleh rakyatnya. Keberanian, kejujuran, kesabaran, ketulusan membantu, dan kepedulian adalah nilai yang tidak ada di dalam rapor sekolah. Tetapi itu sangat dibutuhkan jika seseorang ingin menjadi pemimpin yang sukses dan dicintai oleh rakyatnya.
Tidak lama berselang setelah kejadian itu, netizen kembali dihebohkan dengan bertemunya Mahyeldi dengan Epyardi Asda, Bupati Solok yang punya slogan “Otewe Sumbar”. Beberapa waktu sebelumnya Epyardi yang dinilai publik marah-marah kepada Mahyeldi dalam videonya yang viral beredar, mempertanyakan kapasitas Mahyeldi sebagai gubernur yang latar belakangnya hanya sebagai imam dan garin mesjid, termasuk latar belakang pendidikannya yang hanya alumni Fakultas Pertanian Unand. Apakah layak memimpin Sumbar katanya? Maka dia bertekad untuk melawan Mahyeldi dalam Pilgub 2024 dengan slogan “Otewe Sumbar”.
Tapi dalam pertemuan di lapangan ini Mahyeldi sambil tersenyum lebar bersalaman dengan Epyardi yang disambut juga dengan salam dari Epyardi yang juga sambil tersenyum dan tertawa. Tidak terlihat raut marah dan kecewa dari Mahyeldi. Tidak terlihat beliau menjauh atau menghindar dari Epyardi yang sudah menyerangnya secara pribadi. Mahyeldi tetap santai dan bersalaman dengan lawan politiknya ini. Kembali sebuah contoh kedewasaan kematangan emosional sebagai seorang pemimpin diberikan oleh Mahyeldi.
Tidak hanya itu, kita mungkin masih ingat dengan peristiwa Pantai Padang di mana Mahyeldi yang waktu itu menertibkan pedagang yang berjualan tidak di tempat yang sudah diatur pemerintah. Mahyeldi yang waktu itu sebagai Walikota Padang dipercarutkan oleh amai-amai pedagang itu, bahkan diusir dengan keras dan bahasa yang kasar. Tapi Mahyeldi kemudian memilih menghindari dan tidak melanjutkan kasus tersebut. Beliau memaafkan dan si pedagang juga kemudian meminta maaf kepada Mahyeldi.
Kemudian saat ini beredar juga sebuah foto Mahyeldi bertemu dengan Andre Rosiade yang juga lawan politik Mahyeldi dalam Pileg dan Pilpres kemarin. Bahkan dalam Pilgub kedepannya juga demikian, di mana Andre Rosiade juga sangat mungkin maju sebagai calon gubernur dari Partai Gerindra. Walaupun Andre Rosiade ini dahulunya adalah kader PKS bahkan pernah menjadi caleg PKS dan nyaris menjadi calon Wakil Walikota Padang mendampingi Mahyeldi dalam Pilwako tahun 2013 yang lalu. Namun akhirnya PKS memutuskan Emzalmi sebagai wakil pendamping Mahyeldi dan meraih kemenangan.
Sejak itu hubungan Mahyeldi dengan Andre secara politik terlihat bersebrangan. Walaupun berkoalisi dengan Prabowo dan Gerindra tapi secara politik Andre sering melontarkan kritik tajam kepada Mahyeldi sebagai walikota maupun Gubernur Sumbar. Bahkan ada peristiwa yang sempat menghebohkan publik yaitu kasus jebakan pada PSK online yang dalam Wikipedia ditulis, “Pada tahun pertamanya menjabat, ia menuai kontroversi nasional karena menggerebek PSK dengan cara dijebak demi pencitraannya”. Karena ingin membuktikan adanya prostitusi online di Kota Padang yang saat itu dipimpin oleh Mahyeldi.
Kemudian beredar juga sebuah foto Mahyeldi dan Andre Rosiade duduk bersebelahan dalam pesawat. Ada netizen yang berkomentar calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur 2024-2029. Dan bermacam-macam komentar lainnya. Dari sini kita melihat bahwa berbeda-beda pandangan dan kompetisi dalam politik itu tidak menghilangkan kedewasaan dan kematangan jiwa pemimpin kita.
Perbedaan tidak harusnya menyebabkan dendam dan permusuhan yang abadi. Momen bencana ini telah membangun kembali hubungan dan ukhuwah yang sempat bersilang karena kompetisi politik. Kepentingan rakyat dan ummat lebih utama dibandingkan ego pribadi dan “syahwat politik”. Teringat dengan sebuah ungkapan ulama, mari kita bekerjasama dalam hal-hal yang kita sepakati dan bertoleransi dalam hal-hal yang menjadi perbedaan di antara kita.
Bravo Buya Mahyeldi semoga bisa menjadi teladan dan etika dan kepemimpinan politik bagi para generasi muda dan politisi muda di Sumbar khususnya, dan Indonesia umumnya.
Discussion about this post