Di suatu malam, beberapa hari menjelang pemilu, bertempat di salah satu kedai kopi daerah Jakarta Barat, Saya duduk menyendiri, mencoba merangkai bagian demi bagian dari fenomena yang terjadi pada masa kampanye Pemilu 2019. Beberapa hal Saya tulis dalam kolom catatan kecil, sebagian yang lain Saya tinggalkan. Ketika itu Saya sadar sebagai anak muda yang memiliki gairah dalam politik, perlu untuk mencatat peristiwa penting yang muncul selama masa pemilu.
Di dalam suasana kesendirian di tengah keramaian tersebut, handphone Saya berdering, dan menunjukan nama Ekos Albar pada notifikasinya. Tentunya panggilan tersebut memecah lamunan pada malam itu, mengingat beliau merupakan mentor Saya di Partai Amanat Nasional yang sedang bertarung dalam Pemilihan Legislatif.
Seperti biasa, dialog dalam panggilan telpon diawali dengan sapa dan pertanyaan pembuka. Setelahnya Saya baru mengerti perihal Ia menelpon untuk menanyakan kondisi terkini sahabat lamanya, dan kebetulan orang tersebut adalah Ibu Saya yang kesehatannya sedang menurun. Lama kami berdiskusi tentang penyakit Ibu, sehingga Saya merasa heran. Ketika para kandidat yang ikut berkontestasi dalam pemilu sedang sibuk-sibuknya dengan kegiatan dan timnya masing-masing, Ia masih memiliki waktu yang panjang untuk berdialog dan menunjukan kepeduliannya. Rasa heran tersebut hanya dijawab singkat, “Sibuk itu setelah kita dilantik, dan mengurus masyarakat, Vin. Om hanya mewakafkan diri untuk masyarakat. Ikhtiar sudah kita laksanakan, Hasilnya kita serahkan kepada Allah”. Tentu jawaban itu tidak mengejutkan bagi orang-orang yang kenal dan dekat dengannya. Saya yang sudah menduga arah jawabannya, hanya tertawa kecil sebagai pertanda mengamini pikiran tersebut. Ekos Albar yang memang dikenal luas dalam Percaturan Politik Nasional itu memiliki keikhlasan yang besar dalam perjalanan politiknya. Diksi-diksi bersahabat yang kerap Ia gunakan dalam pergaulan politiknya menjadi senjata ampuh mencairkan suasana pada setiap komunikasi politik. Saya termasuk yang cukup beruntung bisa bertanya banyak hal kepadanya. Karena tidak ada pertanyaan yang haram untuk diajukan baginya. Ia selalu memiliki jawaban atas setiap pertanyaan, dan hanya bisa membuat kita mengangguk-angguk malu atas jawaban tersebut.
Dialog terus berlanjut pada malam itu. Jujur saja, Saya ingin mengetahui hal yang sebenarnya Ia cari dalam politik praktis. Disaat karirnya sebagai pengusaha melesat tajam, bukankah Ia bisa mengabdi kepada masyarakat dengan kekuatan bisnisnya yang megah itu? Ia menjawab singkat, “Om tidak berkontestasi untuk mendapatkan lapangan pekerjaan, tetapi ada hal yang terkadang hanya bisa kita lawan dari dalam, Vin”. Lama Saya merenung atas jawaban tersebut, yang akhirnya mengantarkan Saya pada satu kesimpulan, bahwa politisi itu mesti memiliki tujuan perbaikan dan kemaslahatan, bukan lagi berpikir soal “Lambung dan Lumbung”. Selain itu Saya menyadari bahwa untuk memperbaiki suatu sistem, kita mesti ikut terlibat langsung di dalamnya. Partai seyogyanya dianggap sebagai rumah besar bagi orang-orang yang se-ideologi dalam ber-ide, tetapi kesadaran untuk menguji ide tersebut apa pada proses dialektika dengan kader-kader partai lainnya, dan salah satu ruangnya adalah turut serta dalam kontestasi pemilu. Seperti yang Ia sampaikan berulang kali, “Berkontestasilah, karena dalam politik, mati berkali-kali itu biasa”. Atas dasar itulah, Ia dikenal sebagai petarung dalam politik.
Sederet prestasi yang Ia ukir di waktu singkatnya menjadi Wakil Walikota Padang, menjadi bukti bahwa pertarungan demi pertarungan politik yang sudah Ia jalani sejak era Reformasi sampai sekarang turut membangun karakter kepemimpinan dalam dirinya. Saya termasuk salah seorang yang sempat meragukan besaran manfaatnya dalam mengemban amanah di waktu yang terbilang sangat singkat tersebut. Namun, semua terjawab dengan catatan pencapaian yang hari ini bisa disaksikan langsung oleh masyarakat secara gamblang. Memang, waktu bukan menjadi alasan untuk abai terhadap kondisi di sekeliling kita.
Sebut saja permasalahan sampah di Kota Padang. Ia sedang gencar-gencarnya membuka ruang bagi pegiat sampah guna mewujudkan cita-cita pemanfaatan pada sampah. Yang mana saat kedatangannya di pertengahan tahun lalu, Padang sudah berada pada kondisi darurat sampah. Waktu tentu akan segera menjawab ihktiar mulia tersebut.
Sebuah terobosan luar biasa mampu Ia kerjakan dalam tempo beberapa bulan masa jabatan sebagai Wakil Walikota Padang. Berangkat melanjutkan kerja sama Sister City antara Kota Padang dan Kota Hildesheim (Jerman) yang sudah berlangsung sejak tahun 1988, dan kemudian dipercaya untuk menjadi salah satu opening speech di hadapan beberapa walikota di Jerman, Ia manfaatkan untuk membuka kemungkinan kerja sama yang mempunyai nilai kesejahteraan bagi masyarakat Kota Padang. Dan benar saja, sepulangnya dari perjalanan tersebut, Ia membawa kesepakatan kerja sama, dalam bentuk pengiriman tenaga kesehatan Kota Padang untuk bekerja di Jerman. Sebuah komitmen yang sudah memperlihatkan progres, ditandai dengan pengiriman Tenaga Kesehatan ke Jerman dalam beberapa bulan ke depan.
Disamping itu, Ekos Albar yang tidak lama lagi akan menyudahi masa jabatannya di periode sekarang itu mempunyai kalkulasi politik yang matang, terukur, dan tidak grasak-grusuk. Sebagai salah satu politisi tersohor di Sumatera Barat, Ia tidak melulu menghabiskan waktunya di lingkaran para elite. Ia selalu memilih untuk langsung turun, berkomunikasi, dan melihat situasi secara rinci. Seperti halnya dalam upaya penertiban PKL di Kota Padang. Yang mana itu selalu menjadi tantangan tersendiri bagi siapapun yang memimpin Kota Padang. Pada kenyataannya Ia paham betul, bahwa tidak bisa suatu aturan itu ditegakan dengan mengesampingkan musyawarah dan mufakat. Sebuah prinsip yang selalu Ia kedepankan dalam kehidupan politiknya. Berulang kali Ia mencoba berkomunikasi dengan kelompok PKL tersebut. Mulai dari rumah dinas, warung kopi, sampai kepada lapak-lapak yang bersangkutan, menjadi saksi dari upaya Ia menertibkan tanpa menyakiti siapapun. Saya belajar tentang penegakan aturan yang humanis.
Di tubuh Partai Amanat Nasional sendiri, tempat kami bernaung, Ia menjadi mentor yang selalu hadir di tengah kegalauan kader-kadernya. Itu mengapa kami tidak begitu kaget melihat dedikasinya kepada masyarakat begitu kental terasa ketika menjadi Wakil Walikota Padang. Dalam amanah yang belum sampai setahun tersebut, tidak ada rasa canggung terlihat, karena memang Ia mempunyai bakat kepemimpinan sejak lama. Segala sesuatunya berjalan cukup tenang dan memiliki arah yang jelas.
Penggalan-penggalan dialog yang hangat dan bernilai pada malam itu turut mengubah pandangan saya terhadap politik. Bagi Saya, cara memimpin seperti yang dimiliki oleh Ekos Albar tersebut, dibutuhkan pada zaman sekarang. Pemimpin yang turun kebawah menyaksikan langsung kondisi di lapangan. Yang tidak serta merta hanya menjadi simbol dari sistem pemerintahan yang bekerja secara berulang tanpa ada pembaharuan.
Saya percaya bahwa karir politiknya akan melesat semegah karirnya dalam dunia bisnis. Dengan karakter yang kuat, disertai dengan keikhlasan yang Ia miliki selalu mengantarkannya pada tujuan kebaikan. Di Kota Padang contohnya, datang ketika periode masa pemerintahan berada di ujung waktu, tetap membuatnya bersinar. Ia terlihat seperti “Cahaya Senja Di Kota Patang”. Jelas rupanya, namun tidak menyilaukan.
Penulis adalah Bendahara DPW BM PAN Sumatera Barat
Discussion about this post