Peperangan definisinya adalah mengalahkan musuh. Dan sejarahnya, peperangan oleh bala tentara selalu menghadapi musuh yang dapat dideteksi bahkan bisa terlihat nyata.
Hampir sama dengan pandemi, sebagai wabah, virus yang muncul dan menjangkiti manusia juga musuh yang harus diperangi dan dimusnahkan.
Walau berbeda jauh dalam menghadapinya, namun satu kondisi peperangan, yang harus ada adalah seorang panglimanya yang mengatur strategi serta mengomandoi pasukannya menghadapi dan membunuh musuh itu.
Analogi ini tidak jauh dengan peperangan yang dilakukan oleh pemerintah memerangi Corona Virus Deseases 2019 (Covid 19). Ada raja atau presiden/kepala daerah, dan dibutuhkan pimpinan “leading sector” sebagai panglima perangnya.
Virus yang maha kecil itu,ternyata lebih berbahaya dari sepasukan tentara musuh, karena telah berhasil membunuh sampai jutaan penduduk bumi ini.
Semua daerah khususnya, secara kelembagaan telah memiliki struktur dan pimpinan yang bertanggungjawab memerangi Covid 19, yang sudah dinyatakan sebagai pandemi itu.
Bila menelisik hasil peperangan menghadapi pandemi Covid 19 di kawasan Sumatra Barat (Sumbar) khususnya, secara periodik dapat dilihat “pasukan” daerah mana yang dinilai berhasil melakukan perlawanan serta membunuh musuh.
Kota Padangpanjang, adalah kawasan yang hampir selalu berhasil melakukannya dengan baik, dan lebih dahulu mendapatkan hasil baik pula dibandingkan daerah lain.
Misalnya,dapat dilihat saat diberlakukan PPKM secara bertingkat. Kota Padangpanjang, menjadi daerah pertama di Sumbar yang berhasil menurunkan tingkatan ke Level II, seterusnya ke level I.
Begitu pula saat program vaksinasi diluncurkan, Padangpanjang lah daerah pertama di Sumbar berhasil mencapai pemberian vaksin kepada 70 persen penduduknya.
Perkembangan terakhir yang tetap menempatkan Padangpanjang pada posisi terdepan, adalah keberhasilannya melampau jauh target minimal vaksin 70 persen, bahkan sudah mencapai 102 persen untuk dosis pertama.
Siapa tokoh dibalik senjata (the man behind the gun) yang berhasil melumpuhkan satu-persatu musuh pandemi itu di kota Padangpanjang, tidak laun Kepala Dinas Kesehatan, Drs. H. Nuryanuar, M.Kes. MMR.
Tokoh yang akrab disapa pak Ujang ini, sudah lama dikenal di jajaran kesehatan Sumbar. Pada usia yang masih relatif muda, pak Ujang sudah dipercaya menjadi Direktur RSAM milik Pemprov Sumbar di Bukittinggi, pada pertengahan sampai akhir 1990-an.
Setelah itu, Nuryanuar bahkan dipercaya pula menjadi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar, sebelum dijemput pulang oleh Walikota Padangpanjang pada awal 2000-an, untuk memberikan pengabdian terbaiknya.
Kepercayaan yang diberikan kepadanya menurut Nuryanuar, merupakan tanggungjawab yang wajib untuk dilaksanakan dengan sebaik mungkin, baik terhadap diri maupun lingkungan kerja.
Karena itu, sebagaimana juga seorang walikota misalnya, adalah menejer di daerahnya, yang melakukan pendelegasian wewenang kepada pejabat sesuai dengan tupoksinya.
Kinerja seperti itulah di antara kiat pak Ujang mengemban tugasnya sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kota Padangpanjang. Koordinasi dan kerjasama yang dikembangkan ke semua lembaga terkait sampai kepada tokoh masyarakat serta semua potensi lain dalam penanganan Covid 19.
Termasuk para wartawan, diakui pak Ujang sebagai lini terdepan menyampaikan informasi sekaligus memangkal berita-berita hoax yang melaju deras, sehingga sempat membentuk “mispersepsi” terhadap virus Corona maupun vaksin, di tengah masyarakat.
Dengan persepsi yang banyak dipengaruhi oleh berita hoax tersebut, Walikota Padangpanjang, bersama unsur Forkopimda serta kepala Badan/Dinas, tambah Nuryanuar, menjadi orang pertama, bahkan langsung setelah presiden, dirinya divaksin, sebagai bentuk tanggungjawab sekaligus contoh bagi masyarakat.
Keterbukaan dan keramahan yang juga menjadi bagian tidak terlepaskan dari diri Nuryanuar. Ini terbukti saat penulis berkomunikasi elektronik pada hari Minggu, meski bagi sebagian besar pejabat menjadi “hak privasinya”, dengan tidak melayani komunikasi,
Tidak hanya membalas dengan jalur yang sama (wa) bahkan pak Ujang menyusul dengan telepon, informasi apa yang dibutuhkan oleh mitranya. Tindakan yang bisa dikatakan sudah langka dilakukan oleh pejabat eselon II saat ini.
Discussion about this post