Bukittinggi — Menutup tahun 2022 Pemerintah Kota Bukittinggi menggeliatkan kehidupan budaya -seni dan dagang-industri, melalui Pedati yang ke-12. Dalam waktu bersamaan Bukittinggi juga memperingati Hari Jadi Kota (HJK) ke-238.
Kedua ivent ini juga sering dengan perkembangan positif yang terjadi setelah dilanda Covid 19 yang melemahkan sendi-sendi kehidupan, terutama ekonomi. Saat yang sangat tepat untuk melakukan kebangkitan (recovery).
Secara umum, dari Pedati yang dihidupkan kembali setelah 10 tahun vakum, memberikan dampak terhadap penguatan denyut nadi perekonomian, terutama untuk pelaku usaha UMKM di Bukittinggi khususnya.
Namun bagi sebagian pelaku UMKM di Bukittingg, “injeksi” yang dilakukan Pemko belum dirasakan. Contohnya bagi pelaku usaha di objek wisata Panorama dan Lobang Jepang.
Memang di areal taman Panorama ini sudah ditampilkan pagelaran budaya dan seni, terutama dari kalangan siswa dan pelajar. Keramaian yang terjadi di sana, diakui Noni, pedagang berbagai jenis bordiran bermotif identitas Bukittinggi, belum menyentuh usahanya.
“Selama sepekan pagelaran budaya dan seni di sini, dagangan saya tidak pernah ‘pacah talua’, karena yang datang memang para pelajar dan orangtua mereka yang nota bene adalah Bukittinggi,” ungkap Noni memakluminya.
Namun sejak Minggu (25/12) kemaren, seiring dibukanya kedua pintu masuk, setelah salah satu ditutup dan persis dihadapan kedai Noni,via berharap aliran darah kehidupan ekonominya mulai bisa terpompa kembali.
Apalagi masa libur menjelang akhir tahun yang masih dalam suasana HJK Bukittinggi ke-238 ini, Noni optimistis jualannya bisa mulai dibeli pengunjung.
“Mudah-mudahan dengan mulai terbukanya kehidupan kepariwisataan di Bukittinggi setelah terkena Covid 19 dan dorongan Pemko dengan melaksanakan Pedati dan meningkatnya arus pengunjung, usaha dan pedagang lain di sini bisa bernafas kembali,” Noni menyandarkan asa usahanya kembali menggeliat. (Pon)
Discussion about this post