Pandemi Corona Deseases tahun 2019 (Covid 19) sudah memasuki tahun kedua. Perjalanan cukup panjang pandemi ini pun sudah menjalari dan berdampak terhadap sendi-sendiri ekonomi negara dan masyarakat sendiri.
Sebagai suatu virus berkembang menjadi wabah dan memasuki sungguh banyak negara, korban jiwa yang jatuh juga sudah tidak terhitung jumlahnya.
Sampai kini Covid 19, ternyata masih berada pada kondisi sebagai “pandemi”, meski berbagai upaya, baik berbentuk kebijakan maupun pencegahan dan penanganan sudah dilakukan, belum memperlihatkan akan turun menjadi “endemi”.
Sekarang dalam masa langkah menangkal Covid 19 dengan program vaksinasi, ternyata masih memberikan hasil belum seperti yang diharapkan. Capaian realisasi pemberian vaksin kepada masyarakat belum sesuai dengan target yang ditetapkan.
Di Kota Bukittinggi misalnya, dari data yang didapat dari kantor kecamatan, paling tidak sampai minggu ketiga November ini, di 24 kelurahan yang ada, hanya sebagian kecil yang berhasil menembus angka vaksin di atas 50 persen. Padahal, Pemko Bukittinggi pun juga menetapkan target mencapai minimal 70 persen masyarakat yang sudah bisa divaksin menjelang akhir tahun 2021 ini.
Berbagai program dan kegiatan vaksinasi telah dilakukan dan melibatkan berbagai lembaga pemerintahan maupun swasta. Semuanya “menyerbu” bersama-sama mulai dari lembaga pendidikan,swasta sampai kepada orang perorang.
Hasil yang belum sesuai harapan tersebut, untuk Bukittinggi khususnya sejalan dengan digelarnya Operasi Zebra tahun 2021 oleh jajaran kepolisian, memasuki saat yang cukup krusial untuk mencapai sasaran target minimal 70 persen warga “wajib vaksin” sudah terjangkau.
Melalui kegiatan yang juga melibatkan personal Kodim 0304/Agam, salah satu program dan menjadi prioritasnya adalah melalui kunjungan petugas secara terpadu dari rumah ke rumah, untuk menyasar warga yang belum divaksin.
Melalui kegiatan door to door inilah, diharapkan dapat meyakinkan masyarakat yang masih begitu terpengaruh oleh informasi atau isu-isu negatif tentang vaksin.
Akibat pengaruh kemajuan teknologi komunikasi khususnya, yang menjangkau dengan mudah setiap orang tentang informasi negatif vaksin, terutama dikaitkan dengan keyakinan agama yang begitu kuat tertanam.
Misalnya informasi yang masih dipercaya oleh masyarakat, bahwa bahan vaksin itu haram menurut kepercayaan agama, memang sulit dihilangkan begitu saja. Padahal dari angka dan fakta di lapangan telah membuktikan, terjadinya penurunan nan angka positif Covid 19, dan telah pula mulai menggeliatkan roda ekonomi, dapat diciptakan dengan vaksinasi.
Karena itu, dengan kunjungan dari rumah ke rumah ini, masyarakat yang masih kukuh dengan informasi yang tidak benar itu, dapat diyakinkan baik secara medis maupun sampai ekonomis.
Ini tantangan cukup berat. Apakah aparat yang langsung turun, juga didampingi oleh tokoh masyarakat, dapat menghilangkan berita-berita hoax khususnya, akan dibuktikan usai kegiatan ini terlaksana. Semoga.
Discussion about this post