Salah satu situs budaya di Sumatera Barat (Sumbar), khususnya di Kabupaten Tanah Datar yang menyimpan banyak nilai sejarah, serta sayang untuk dilewatkan ialah Museum Istana Pagaruyung.
Istana Pagaruyung dalam bahasa Minangkabau disebut, Istano Basa Pagaruyuang. Museum ini sendiri berdiri kokoh dengan arsitektur bangunan, berbentuk Rumah Gadang khas Minang yang sangat menawan.
Museum ini, memiliki pelataran yang sangat luas sehingga, memberikan nuansa berbeda kepada setiap pengunjung yang datang. Kalau kata orang Minang “sajauah-jauah mato mamandang” yang artinya sejauh jauh mata melihat.
Menarik di sini, museum ini dulunya dibangun menggunakan teknik tradisional. Hampir seluruh bahan dan material yang digunakan, berasal dari kayu serta dilapisi dengan 60 ukiran yang melekat, serta memiliki nilai filosofi terhadap budaya Minangkabau.
Salahsatu ukiran yang melekat pada Museum ini ada namanya “Sikambang Manih” yang terdapat pada pintu masuk Museum Istana Pagaruyung.
Ukiran ini dalam bahasa Minang bermaknakan “Urang Minang ko, bisa manarimo tamu. Walaupun beda agamo, saagamo, sasuku, indak sasuko, tetap ditarimo. Jo hati nansuci, muluik nan janiah” dalam bahasa Indonesia : Orang Minang bisa menerima tamu, walaupun tidak seagama, sama agamanya, tidak satu suku, maupun berbeda suku, dengan baik.
Jika kita masuk ke dalam museum, yang pertama sekali kita dapati di lantai satu ialah furnitur dan artefak antik Minang. Mulai dari pakaian, senjata, serta ala-alat yang digunakan orang Minang pada masa lampau. Istana Basa memiliki tiga lantai, dengan 72 Tiang dan 11 Gonjong yang terbuat dari 26 ton serat ijuk.
Setiap tingkatan lantai museum ini, memiliki nama dan fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan sejarahnya. Salah satunya ialah “Anjung Paranginan” berada pada lantai 2 (dua), berfungsi sebagai tempat Putri Raja yang belum menikah (berkeluarga/gadis pingitan) pada masa dulunya.
Melihat keluar museum, di bagian depan sebelah kiri museum, terdapat bangunan yang disebut Rangkiang Patah Sambilan yang di depannya juga terdapat patung Kerbau Sibinuang, di sebelah kanan depan, terdapat pohon beringin dekat Patung Kudo Gumarang, seterusnya di sebelah kanan bagian belakang, terdapat tabuah (beduk), mushola sebagai tempat ibadah, dan di bagian belakang bangunan Museum juga terdapat Balai Rung.
Keberadaan museum ini, juga memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar. Jadi jangan heran, kalau kita menjumpai ada pedagang yang berjualan di dalam kawasan ini.
Untuk mengabadikan moment, pengunjung bisa memakai jasa fotografer museum. Untuk yang belum tau lokasi keberadaan museum ini, terletak di Jl. Bagagarsyah, Nagari Pagaruyung, Kecamatan Tanjung Emas, Kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumbar.
Perlu diketahui juga bahwa, museum ini bukanlah bangunan yang pertama kali di bangun, melaikan replika yang menyerupai aslinya.
Uraian di atas, sekilas mengenai Museum Istana Basa Pagaruyung yang penulis coba ceritakan, benar adanya. Untuk mengetahui lebih lanjut penulis akan menjelaskan pada artikel selanjutnya, kita tutup dengan pantun.
Kalau ada sumur diladang
Boleh kita menumpang mandi
Kalau ada umur panjang
Boleh kita berjumpa lagi
Sumber: – Istano Basa Pagaruyung
– Tokoh Budayawan Pagaruyung (Basyir Dt. Bungsu)
Discussion about this post