“Muda adalah kekuatan”, barangkali diksi ini cukup populis di kalangan pemuda dan rakyat kecil yang merindukan kemerdekaan hakiki. Yakni, kemerdekaan yang diraih dengan darah para pejuang pejuang bangsa.
Diksi ini jugalah yang pernah dimajaskan oleh sang orator ulung dengan analogi yang serupa, sebagai pelecut untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.
Bung Karno bilang: “Berikan aku 1000 orangtua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 10 orang pemuda, akan kuguncang dunia”. Demikian orasi berapi-api Presiden pertama RI, yang pernah digemakan untuk membakar semangat juang pemuda pada eranya. Sebab, kemerdekaan yang lahir di tangan rakyat ketika itu, direfleksikan seutuhnya untuk kedaulatan rakyat.
Begitu besarnya harapan tertumpang kepada pemuda dan rakyat Indonesia untuk mengusir penjajah dari Bumi Persada Nusantara.
Namun sekarang, secara lahir, Indonesia memang sudah merdeka dari penjajah yang bersenjatakan amunisi. Bakal tetapi batiniahnya kini, Indonesia masih dijajah oleh elegi bangsa sendiri. Akibat hiruk pikuk negeri oleh rezim yang miskin imajinasi. Tak hayal pun, banyak asumsi menilai, jika hal ini merupakan wujud dari kolonialisme gaya baru.
Atas dasar itulah, saat ini Indonesia butuh lecut tangan dari pemuda pemuda tangguh. Pemuda yang tegas, beribawa serta punya nilai ‘jual’ untuk mengembalikan kedigjayaan Indonesia di masalalu yang disegani dunia. Pemuda yang inspiratif, memberikan doktrin doktrin positif akan kemakmuran rakyat Indonesia. Suri tauladan negeri, begitu orang menilai.
Sejatinya hal inilah yang diharapkan lahir dari rahim partai partai politik peserta pemilu, sebagaimana termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang hampir satu dekade ini mulai luntur ulah rezim yang seringkali membentur-benturkan demokrasi.
Sudah waktunya Indonesia berbenah sedari kini, demorasi harus berjalan lurus bersama konstitusi, agar membangkitkan kembali semangat juang menuju kejayaan Nusantara; menjaga dan memelihara keutuhan berbangsa dan bernegara; mengembalikan kehidupan demokrasi; dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Beruntung Partai Demokrat, dalam dua dekade keberadaanya di pentas perpolitikan saat ini, masih mempunyai titisan pemimpin yang dielu-elukan rakyat. Sosok pemuda tangguh, potensial dan beribawa yang diyakini mampu membawa harum nama Indonesia di mata dunia seperti sebelumnya. Menuju negara yang seutuhnya merdeka dan berdaulat di tangan rakyat. Hingga tak ada lagi diskriminasi hukum bagi mereka di lingkaran penguasa.
Karena yakinlah, tidak ada yang tak mungkin di negara yang besar ini. Setidaknya asa untuk Indonesia masih tersemat dalam tubuh Partai Demokrat, apatah lagi dengan berkoalisi bersama rakyat.
Toh, rindu kepemimpinan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono adalah keniscayaan dari masyarakat saat ini. Di mana demokrasi akan hidup tak terkekang yang dirasakan dewasa sekarang. Sosok pemimpin kelas dunia, tokoh kesatria, nasionalis sejati, berjiwa besar dan legowo. Lebih lagi Demokrat dipimpin oleh generasi muda. Karena, muda adalah kekuatan. ***
Discussion about this post