Oleh : Hafni Pon
Diantara program Pemerintah Kota Bukittinggi melalui Bagian Humas Setdako, adalah melaksanakan kerjasama dengan media massa dan wartawan, baik secara rutin maupun insidentil, dalam memberikan informasi dalam berbagai bentuk atau kegiatan.
Program yang dilaksanakan tersebut juga terkait dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM), tidak hanya dilakukan terhadap para wartawan dan medianya masing- masing namun juga dengan organisasi insan pers yang legal dan legitimet.
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) sebagai organisasi jurnalis tertua dan satu-satunya ada di Bukittinggi, dalam tahun 2020 ini setidaknya telah melaksanakan dua kali kegiatan.
Dan itu juga sesuai dengan bagian program kerja PWI Kota Bukittinggi yang dikukuhkan Februari awal tahub ini, sebelumnya telah melaksanakan Karya Latihan Wartawan (KLW) dengan belasan peserta.
Belasan wartawan yang belum memiliki kartu keanggotaan PWI setelah mengikuti KLW tersebut, kini tengah menunggu kartu keanggotaan mereka sesuai dengan tahapan atau tingkatan keanggotaan mereka.
Kegiatan kedua yang baru saja selesai, adalah melaksanakan Studi Komperatif. Walau pengalokasian anggaran kegiatan ini berada di Bagian Humas, namun realisasinya berkolaborasi dengan pengurus PWI Kota Bukitttinggi.
Kegiatan ini sebenarnya sudah dirancang sejak Februari silam, mengingat tahun ini juga berlangsung Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada), dijadualkan bisa dilaksanakan sebelum Ramadhan lalu.
Namun berhubung pandemi Covid 19 datang, maka akhirnya baru berlangsung dari 11 sampai 14 November kemaren dan tujuannya ke Sumatera Selatan (Sumsel).
Diikuti oleh 25 orang wartawan, terdiri dari perwakilan media massa yang bekerjasama dengan Pemko Bukittinggi dan unsur pengurus kolektif (ketua, sekretaris, bendahara dan ketua-ketua Seksi).
Dan dipilihnya provinsi Sumsel sebagai objek kunjungan, setelah tujuan awal ke kota dan kabupaten Malang, Jatim, tidak memungkinkan untuk dikunjungi. Mengingat banyak daerah yang sedang berada dalam kondisi rawan, pilihan kemudian dijatuhkan ke Pekanbaru dan kab. Siak,Riau.
Daerah ini ternyata belakangan kurang memenuhi syarat untuk dikunjungi, tujuan kemudian dilaihkan ke provinsi Bangka Belitung (Babel). Daerah ini ternyata juga berada dalam kondisi rawan, hingga akhirnya tujuan dialihkan ke kab.Musi Banyuasin (Muba) dan kota Palembang, Sumsel.
Di kabupaten yang semula kurang begitu akrab di telinga sebagian wartawan, dipilih mengingat kondisi berada dalam zona zukup aman untuk dikunjungi.
Setelah melakukan pertemuan dengan pemerintah kabupaten Muba, melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo), yang akhirnya diterima oleh Sekretaris Dinas Hj.Nurzahawati,S.Pd,MT, peserta studi baru terbuka matanya.
Kabupaten dengan potensi dan daerahnya jauh di atas Bukittinggi dengan PAD (Pendapatan Asli Daerah), hampir Rp.4 triliun, ternyata memiliki jaringan informasi dan komunikadi yang sanfat baik bahkan dengan wartawan dan media massa.
Kabupaten yang awal proses komunikasi madih berada dalam kondisi zona rawan, dalam waktu singkat mampu merubah diri menjadi daerah zona aman untuk dikunjungi.
Walau juga melaksanakan Protokol Kesehatan (Prokes), namun secara lebih detil, kedisplinan pemkab menerapkan program 3 M ternyata berjalan dengan sangat baik.
Rombongan Humas yang baru melakukan restrukturisasi Organisasi Pemerintahan Daerah (OPD) dan Wartawan Bukittinggi, sebelum memasuki perkantoran harus cuci tangan dan diperiksa suhu tubuh.
Untuk bisa masuk ke ruangan pertemuan, selain juga harus memakai masker, juga dibatasi.
jumlahnya tidak lebih dari 15 orang
Khusus dalam mencegah dan mengendalikan wabah Covid 19, pemkab Muba mampu melaksanakan kerjasama dan kolaborasi dengan wartawan yang ada di daerah itu.
Salah yabg cukup mengesankan adalah peranan Dinas Kominfo sebagai corong pemerintah setempat, menurut Sekretaris Kominfo, memberikan laporan atau jurnal perkembangan pandemi Covid 19 dua kali dalam sehari kepada wartawan.
Mekanisme pemberian informasi secara rutin seperti itu sampai kini belum dilakukan
Discussion about this post