Bukittinggi — Usia 77 tahun, bukanlah waktu yang pendek. Beriringan dengan usia republik, RRI telah menapaki perjalanannya selama tiga perempat abad dengan tetap mempertahankan eksistensinya sebagai radio bela negara dan radio perjuangan.
Memperingati 77 tahun usia Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) Minggu (11/9), Wakil Walikota Bukittinggi H.Marfendi menekankan momentum itu perlu dimaknai oleh segenap elemen, baik bagi angkasawan/angkasawati RRI maupun semua pihak.
Pemerintah Kota Bukittinggi sendiri menurut Marfendi mengakui LPP RRI tetap eksis di tengah perkembangan lembaga penyiaran dan media saat ini, hal itu dilatarbelakangi peranan RRI dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, karena melalui RRI disiarkan bahwa Indonesia masih ada.
Keberhasilan RRI mempertahankan eksistensinya tersebut dinilai Wakil Walikota Bukittinggi karena tetap mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
Kendati demikian Marfendi menekankan, dengan perkembangan teknologi serta sarana komunikasi yang semakin canggih, RRI perlu melahirkan inovasi sesuai dengan perubahan dan tuntutan zaman.
Sepakat dengan Wakil Walikota, Wakil Ketua DPRD Bukittinggi, Nur Hasrat dalam dialog interaktif tersebut menambahkan, di era sekarang, RRI harus mampu berkiprah tidak hanya mengandalkan studio tapi juga perlu mengembangkan program siaran di luar studi studio.
Nur Hasra mengakui pihaknya membuktikan kemajuan RRI dengan dimilikinya peralatan siaran yang lengkap, namun referensi peningkatan sarana yang digunakan oleh media radio luar negeri patut diupayakan, sesuai perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya.
Menurutnya, perkembangan dan kemajuan RRI juga tampak dengan hadirnya berbagai kanal dan aplikasi kekinian yang dimiliki lembaga penyiaran publik itu.
“RRI sudah menyesuaikan, dan mampu lebih maju ke depan. Kekhawatirkan akan kehilangan pasar tidak akan terjadi.
Isma Djohar, salah seorang tokoh masyarakat dan juga pencinta RRI menambahkan, untuk tetap bisa merebut minat pendengar, diperlukan langkah dan program dengan “mamikek balam jo balam”.
Kegiatan itu disebutkan mantan pejabat di Pemko Bukittinggi itu dengan melahirkan program atau konten siaran untuk pendengar sesuai dengan komunitas dan usia mereka.
Agenda memeriahkan Hari Radio ke-77 tahun dilanjutkan dengan pelaksanaan pagelaran budaya yang serentak di masing –masing stasiun RRI di penjuru Indonesia, termasuk di RRI Bukittinggi. (Pon)
Discussion about this post