Bukittinggi — Walikota Bukittinggi Erman Safar memberikan “support’ kepada PWI Kota Bukittinggi yang sudah menjadualkan pelaksanaan Seminar Nasional tentang Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) menjelang akhir tahun ini.
Support atau dukungan tersebut disampaikan Walikota Erman Safar ketika menerima kunjungan Plt. Ketua PWI Sumbar Suprapto bersama pengurus PWI Kota Bukittinggi Senin (22/8) siang di rumah dinas Belakangbalok.
Kunjungan Plt. Ketua PWI Sumbar selain perkenalan dengan orang nomor satu di Bukittinggi tersebut, sekaligus menyampaikan program kegiatan pengurus PWI Kota Bukittinggi untuk melaksanakan Seminar Nasional tentang PDRI yang dijadualkan tepat pada hari Beka Negara yang sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat sejak beberapa tahun lalu.
Seminar dengan tema Peranan Bukittinggi Dalam PDRI sekaligus dilaksanakan untuk mendukung rangkaian kegiatan Hari Jadi Kota (HJK) Bukittinggi ke-238 tahun yang jatuh pada 22 Desember mendatang.
Menurut ketua panitia Seminar Yusrizal Karana, Seminar Nasional tentang PDRI selain akan dijadikan sebuah buku juga merekomendasikan nama Syafruddin Prawiranegara dilekatkan pada nama salah satu ruas jalan yang ada di kota Bukittinggi.
Menanggapi rencana tersebut, Walikota Erman Safar menyatakan dukungan sekaligus support kepada PWI Kota Bukittinggi yang bakal mengangkat kembali salah satu peristiwa perjuangan kebangsaan sejasa terjadinya agresi Belanda di bumi Nusantara.
Sebagaimana diketahui, pendeklarasian PDRI tersebut dilakukan di Kota Bukittinggi pada tanggal 19 Desember 1949 oleh Syafruddin Prawiranegara yang diberi mandat okeh Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Hatta yang ditawan Belanda di Jogjakarta untuk menjalankan roda pemerintahan sementara (darurat).
Selain memberikan dukungan, Erman Safar juga menyampaikan bahwa kalau dilihat secara kronologis dan historis peristiwa PDRI tersebut, maka pendirian Monumen PDRI lebih tepat dibangun di Bukittinggi.
“Berdirinya monumen PDRI di Suliki lebih bersifat ekonomis, disamping untuk membangun Monumen PDRI itu di Bukittinggi dibatasi oleh ketersediaan lahan,” jelas Erman Safar.
Kepada pengurus PWI Bukittinggi dan panitia, Walikota berharap perlu dipersiapkan data yang akurat,baik waktu maupun tempat setiap rangkaian perjalanan PDRI tersebut.
Lebih dari itu Walikota juga minta yang akan ditampilkan sebagai pembicara pada Seminar itu adalah tokoh atau sejarawan nasional,sehingga mampu memaparkan peristiwa PDRI sebagai bagian perjalanan sejarah perjuangan bangsa.
Sebelumnya,bahkan sebelum dilantik sebagai gubernur Sumbar, Buya Mahyeldi pun pernah menyampaikan keinginannya untuk mendokumentasikan kembali peristiwa PDRI termasuk dalam bentuk film, ketika melakukan kunjungan silaturrahmi ke PWI Bukittinggi.
Gagasan yang disampaikan Buya Mahyeldi itulah PWI Bukittinggi “menyambarnya” dan minta diikutkan dalam program tersebut, bahkan merealisasikannya dalam bentuk Seminar Nasional.
Dan mengingat peristiwa PDRI berdekatan dengan HJK Bukittinggi, maka pengurus PWI Bukittinggi mengharapkan Seminar Nasional ini dijadikan sebagai rangkaian peringatan hari Bukittinggi. (Pon)
Discussion about this post