Bukittinggi — Penuh knovasi dan kreasi. Dua kata ini patut disematkan kepada “Bang Wako”, pemimpin muda di Kota Wisata yang juga masih Religi ini.
Betapa tidak, untuk pertama dalam sejarah Bukittinggi, Taman Pendestrian Jam gadang kota Bukittinggi menjadi lautan umat dan kemeriahan lampu-lampu Handphone (HP) pada gelaran Bukittinggi Bershalawat, Sabtu, (27/5) malam.
Apalagi yang ikut hadir pada moment bersejarah ini, Ustadz Abdul Somad, Lc, Ma (UAS) menjadi Magnit bagi umat Islam untuk berbondong-bongdong untuk datang. Juga ikut memeriahkan, ustad ara jamaah terlebih dahulu di Jel Fathullah,LC,MA, yang lebih dulu memberikan sirnanan rohani.
Kedatangan UAS yang didampingi ustadz H. Asyam Hafidz, Walikota Bukittinggi Erman Safar, anggota DPR RI Andre Rosiade, anggota DPRD Bukittinggi Edison Katik Basa beserta forkopimda Bukittinggi disambut meriah oleh seluruh jamaah dengan pengawalan para santri pondok Tahfiz dari 24 kelurahan, para pendekar kota itu dan ormas serta sejumlah Pejabat Sumbar.
“Bukittinggi dibawah kepemimpinan H. Erman Safar insyaallah akan membawa keberkahan,” kata anggota DPR RI Andre Rosiade dalam sambutannya.
Para santri pondok Tahfiz telah menyambut kemudiab mengiringi dari Novotel hingga taman Jamgadang.
“Itu semua para santri pondok Tahfiz yang ada di 24 kelurahan kota ini,” sebut Walikota Bukittinggi Erman Safar SH.
Selain program keumatan satu pondok Tahfiz satu kelurahan Andre Rosiade juga memuji program tabungan Utsman.
“Suatu program pemerintah yang bisa memerangi rentenir karena para pelaku UMKM di biayai oleh program tersebut tanpa membayar bunga,” tutur Andre.
Pada acara Bukittinggi Bersholawat Ustadz Abdul Somad, Lc,. Ma sedikit memberikan siraman rohani dengan tauziah yang menyentuh hati.
Menanggapi pernyataan anggota DPR RI UAS mengatakan untuk sebuah kebijakan mesti dengan kekuatan, kekuasaan, kemauan dan politik, kalau umat Islam tidak peduli dengan politik dia akan dimakan oleh orang politik itu sendiri.
Dengan segenggam kekuasaan pakai..! Dengan memakaikan hijab seperti pramugari yang sudah menghilangkan hafalan Al Qur’an.
“Bumi Minangkabau, Bukittinggi, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang pertama adalah (ilmul ulama) ilmunya para alim dan ulama,” kata UAS.
“Bumi Minangkabau, Bukittinggi khususnya adalah negri nya para ulama, ninik mamak, tokoh adat, mudah-mudahan semua menjaga negri ini,” harapannya.
Kegiatan religi yang mampu menghadirkan lautan manusia di pelataran pedestarian Jan Gadang, merupakan sebuah tonggak sejarah bagi Bukittinggi. (Pon)
Discussion about this post