Pariaman — Nama Kapolres Kota Pariaman, AKBP Andreanaldo Ademi S.H., S.I.K saat ini santer jadi sorotan jurnalis di wilayah Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman, lantaran terang-terangan menghina profesi wartawan.
Terang para kuli pena itu gerah. Pasalnya, pernyataan serampangan Andreanaldo Ademi sebagai Kapolres Kota Pariaman kepada salah seorang jurnalis media online Lintas Media yang telah menghina profesi wartawan dengan sebutan “wartawan bodrek”, tidak mencerminkan attitude sebagai pejabat publik dan pimpinan kepolisian di daerah.
Penghinaan yang dilakukan Andreanaldo kepada wartawan itu disebutkan dalam percakapan WhatsApp. Ketika itu, wartawati Rita Arlen dari media online Lintas Media, mencoba mengkonfirmasi Kapolres Kota Pariaman terkait perkembangan kasus dugaan intimidasi dan ancaman yang menjerat salah satu anggotanya.
Rita yang menghubungi Andreanaldo melalui pesan WhatsApp pada Rabu (13/8/25) mengirimkan tautan link berita di salah satu media online, berniat untuk melakukan konfirmasi ihwal bungkamnya kapolres dalam pemberitaan tersebut.
Alih-alih mendapatkan jawaban dari Kapolres Kota Pariaman, tanpa basa-basi Andreanaldo Ademi seketika menghina profesi wartawan dengan ucapan “wartawan bodrek”.
“Berarti wartawan bodrek ang mah. Ndak monitor perkembangan. (Berarti wartawan bodrek Anda. Tidak monitor perkembangan),” tohok Andreanaldo menghina profesi wartawan dalam percakapan via pesan WhatsApp dengan Rita Arlen.

Padahal ketika itu Rita hanya mengkonfirmasi kebenaran berita tersebut untuk kebutuhan pemberitaan di medianya sebagai informasi awal terkait perkembangan kasus anak buah Andreanaldo.
“Sesuai dengan etika jurnalistik, sebelum melakukan konfirmasi saya meminta izin ke Kapolres Andreanaldo pada Rabu (13/8) siang, untuk meneruskan berita yang sudah dimuat salah satu media online, tujuannya untuk konfirmasi lebih lanjut sebelum tayang di media saya. Namun sebelum saya menyatakan ingin mengkonfirmasi, Andreanaldo malah membalas chatingan saya dengan perkataan penghinaan, sehingga saya urung untuk melanjutkan upaya konfirmasi,” terang Rita Arlen di Lubuk Alung, Sabtu (16/8/25).
Senada dengan Rita Arlen, pimpinan media online Reportase Investigasi, Kabar Daerah dan Klik-Kaba, Ikhlas Darma Murya, S.Kom yang mendapat informasi perihal penghinaan profesi wartawan, mencoba menelusurinya.
Sebagai Plt Sekretaris PWI Sumbar, Ikhlas yang familiar dengan nama pena IDM ini, menanggapi dugaan penghinaan profesinya sebagai wartawan dengan melakukan konfirmasi kepada Kapolres Kota Pariaman Andreanaldo Ademi, Sabtu (16/8/25) siang.
Benar saja, arogansi kapolres yang satu ini dinilai labil dan di luar nalar. Di akhir wawancaranya dengan Andreanaldo, IDM malah mendapat indikasi ancaman dari Andreanaldo. Dirinya diancam akan disomasi oleh Kapolres Kota Pariaman tanpa diketahui penyebabnya.
“Ini BB sudah cukup untuk besok akan saya layangkan surat somasi ke redaksi anda. Berita investigasi harus langsung wawancara atau melalui surat. Namun hanya copy paste, dan menempel foto lama,” tulis Andreanaldo mengakhiri percakapan dengan mengirimkan tautan berita dari media investigasimabes.com yang mewartakan sikap bungkam kapolres terhadap kasus yang mendera anak buahnya akibat intimidasi dan ancaman.
Sebelumnya IDM menghubungi Kapolres Andreanaldo via pesan singkat WhatsApp karena merasa terhina akibat profesinya direndahkan. Ia meminta agar Kapolres Andreanaldo memberikan konfirmasi atas ucapan yang dilontarkan kepada Rita Arlen karena menghina profesi wartawan.
Setelah menyapa lantas meminta izin konfirmasi lewat pesan WhatsApp, IDM pun memperkenalkan dirinya dengan menunjukan identitas kewartawanan serta sertifikasi yang ia punya kepada Andreanaldo.
Andreanaldo, bukannya menjelaskan alasannya, ujug-ujug malah mengajak IDM berdebat panjang lebar terkait pengetahuannya yang dangkal tentang kode etik jurnalistik (KEJ) dan dunia kewartawanan.
Alhasil, Andreanaldo yang mengaku paham dengan profesionalisme jurnalis serta media yang terdaftar dan terverifikasi di PWI, malah menunjukkan ketidaktahuannya tentang dunia jurnalis.
“Mana ada PWI melakukan verifikasi dan pendaftaran kepada media. PWI itu organisasi wartawan, tempat bernaungnya wartawan dari banyak media masa. Yang melakukan verifikasi dan pendataan media itu adalah Dewan Pers, bukan PWI,” seloroh IDM yang juga Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Pariaman menanggapi satire ketidaktahuan Andreanaldo yang dinilai sekonyong-konyong. (Tim)
Discussion about this post