Pesisir Selatan – Malamang adalah tradisi masyarakat di Pesisir Selatan, Sumatera Barat menyambut Idul Fitri.
Namun, tradisi ini sudah tidak banyak yang melakukannya.
Hanya sebagian warga saja yang masih mempertahankan tradisi malamang saat menyambut hari besar Islam.
Satu diantaranya tampak di Nagari Taratak, kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumbar.
Di daerah ini, Sabtu (23/5/2020) atau sehari menjelang lebaran, masih banyak warga yang malamang atau membuat lemang.
Mereka membakar lemang di halaman rumah.
Lamang tidak bisa dimasak di dapur.
Proses pembakaran lemang memerlukan api yang cukup besar.
Begitu juga dengan sandaran untuk lemang.
Orang malamang akan memilih halaman untuk membakar lamang.
Selain lebih aman, hawa panas api juga tidak berdampak ke dalam rumah.
Mira (40) seorang warga pada reportaseinvestigasi.com menuturkan pada saat ini sudah tidak banyak orang melamang.
Kegiatan malamang adalah tradisi daerah saat menjelang hari besar Islam.
Seperti saat akan memasuki bulan suci Ramadan, hari Raya Idul Fitri, hari Raya Idul Adha, bulan Maulid Nabi, dan pada saat acara adat.
“Sekarang ini saat memperingati Maulid Nabi masyarakat sudah sangat jarang malamang,” katanya.
Lamang dimasak dengan menggunakan pohon bambu yang diisi dengan beras ketan atau beras merah, lalu dibakar selama sekitar 3 jam.
Bambu muda yang masih berwarna hijau, dan sudah ditentukan di potong-potong Lalu dibersihkan dengan cara dicuci.
Biasanya bambu muda ini sudah dipersiapkan dua atau tiga hari sebelum melamang.
Setelah bambu ada, selanjutnya persiapkan bahan-bahannya seperti daun pisang, buah pisang, beras ketan, santan, dan garam.
Daun pisang dilapisi di bagian dalam bambu yang sudah terpotong.
Jika, lemang ketan biasa hanya menggunakan beras ketan, dan santan selanjutnya, lalu dibakar.
Namun jika ingin membuat lemang pisang, maka dicampur pisang. (Robi)
Discussion about this post