Bukittinggi — Sekolah Menengah Kejuruan Muhamadiyah (SMKM) Bukittinggi yang berdiri sekitar tahun 1966 silam, dan sekolah teknik menengah tertua di daerah ini, memang sempat melalui masa-masa berkembang. Namun di tengah semakin banyaknya sekolah sejenis bahkan sampai ke tiap kecamatan, tidak pelak membuat SMKM Bukittinggi juga menghadapi “masa sulit”, terutama jumlah peserta didiknya.
Kepala SMKM Bukittinggi Rahmad Dedy. ST saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (8/5) siang menjelaskan, pada awal berdiri sampai awal tahun 2000-an, lembaga pendidikan menengah yang dulu disebut Sekolah Teknik Menengah (STM) merupakan masa kejayaan .
Saat itu, tambah Rahmad, ratusan peserta didik (siswa)nya tidak hanya berasal dari berbagai daerah di Sumbar, tapi juga dari sejumlah provinsi tetangga.
“Jumlah STM saat itu masih terbatas hampir di semua daerah. Didukung dengan mutu, STM Muhammadiyah Bukittinggi mampu menggaet siswa dari luar daerah, terutama di Riau,” jelas Rahmad.
Namun dengan berdirinya sekolah teknik Menengah yang kemudian diubah menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sampai ke tingkat kecamatan, nasib sekolah swasta, termasuk SMK Muhammadiyah dihadapkan pada tantangan menurunnya jumlah siswa.
Untuk menghadapi persaingan yang kuat berat, Rahmad menyebutkan, baik internal sekolah maupun lembaga yang menaungi, dalam hal ini PP Muhammadiyah, membuat kebijakan agar SMK Muhammadiyah bisa tetap eksis.
Program dari PP Muhammadiyah yang baru diterapkan pada beberapa sekolah, menetapkan SMKM Bukittinggi dengan status Boarding School, sekolah yang menambah kurikulumnya dengan pendidikan agama, dan siswanya diasramakan.
Menurut Rahmad Dedy, Boarding School dalam tahap uji coba yang dimulai tahun ajaran 2024/2025 kemaren tidak diterapkan pada semua siswa, tapi dipilih melalui seleksi.
“Dari seleksi yang dilaksanakan, awal terlilih lima orang siswa, namun karena ada yang tidak sanggup, kini hanya tinggal empat orang,” tutur Rahmad yang mengaku juga ikut menemani siswa dan mengajar siswanya pada malam hari.
Program lainnya yang diproyeksikan dapat mendongkrak nilai tambah SMKM Bukittinggi, melakukan kerjasama dengan PT Astra Motor untuk jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) sebagai upaya menambah ilmu dan keterapilan dan aqidah siswa serta memberikan prioritas bagi lulusan untuk diterima bekerja di perusahaan otomotif tersebut.
Dedi di lain pihak mengakui, dibandingkan dengan sekolah sejenis, SMKM Bukittinggi saat ini memang masih memiliki siswa yang lumayan, sebanyak 348 orang, namun untuk mendukung kedua program unggulan di atas tetap butuh dukungan berbagai pihak, terutama dari para alumni.
“Untuk merekrut siswa dan mendukung penerapan kedua program tersebut dibutuhkan sarana memadai, yang saat ini masih jauh dari standar dan kebutuhan,” tambah Kepala SMKM Bukittinggi.
Jadi untuk itulah Rahmad Dedy yang juga lulusan SMKM Bukittinggi minta dukungan dan peran nyata dari para alumni agar kejayaan “STM Muhammadiyah” yang pernah diraih itu bisa terwujud kembali. (*)
Discussion about this post