Bandar Lampung — DPW KBSTM Lampung berkerjasama dengan KBSB Lampung dan IKTD Lampung memakamkan seorang perantau Minang yang meninggal dunia di Rumah Sakit Immanuel Bandar Lampung.
Diketahui, (alm) Nata Satria (50), perantau yang berasal dari Lintau, Tanah Datar ini berprofesi sebagai sopir angkot di Bandar Lampung, tidak memiliki sanak saudara ataupun keluarga di sana.
Informasi tentang (alm) Nata ini diterima pertama kali oleh Ketua KBSTM Lampung, Yulhendri, Senin siang (24/3). Dikatakannya, ia menerima berita tentang almarhum ini dari sopir angkot, rekan seprofesi almarhum.
Diterangkan, dirinya didatangi oleh beberapa sopir angkot dan memberitahu bahwa ada warga Minang tanpa keluarga yang sudah seminggu koma di RS Immanuel, Bandar Lampung.
Selama seminggu itu pula, rekan-rekan seprofesi almarhum lah yang mengurus almarhum selama proses perawatan di rumah sakit.
“Namun akibat kondisi almarhum semakin memburuk, mereka bingung tidak tahu mau menghubungi siapa, akhirnya para sopir angkot itu menemui saya agar menyampaikan kepada paguyuban Minang yang ada di Bandar Lampung,” ungkap Yulhendri.
Mendapatkan informasi tersebut, Yulhendri langsung mengambil inisiatif, dan menghubungi para perantau Minang yang ada di Bandar Lampung untuk mencari informasi tentang almarhum.
“Saya langsung menghubungi beberapa orang pengurus IKTD Lampung dan Ketua Ikatan Keluarga Lintau,” imbuhnya.
Setelah ditelusuri Yulhendri melalui para perantau yang ada di Bandar Lampung, ternyata almarhum memang orang Minang yang berasal dari Lintau.
Namun nahas, almarhum dinyatakan telah meninggal dunia beberapa jam setelah mendapat kabar tersebut.
“Malam harinya saya didatangi rombongan sopir angkot lagi, mereka minta bantuan saya untuk mengurus jenazah almarhum. Dan dinyatakan meninggal dunia pukul 20.00 Wib,” timpalnya lagi menjelaskan.
Diakui Yulhendri, saat itu rekan-rekan seprofesi almarhum kesulitan dengan biaya pengurusan jenazah serta biaya pemakaman.

Selain itu TPU di sekitar dan beberapa TPU lainnya tidak mengizinkan jenazah untuk dikuburkan di sana.
“Karena almarhum bukan warga mereka. KTP-nya Riau, di sini almarhum juga tidak punya tempat tinggal dan tidak punya siapa siapa, tidurnya kadang di angkot, kadang di tempat temannya,” terang Yulhendri.
Menurut Yulhendri, almarhum baru satu tahun ini kembali lagi ke Bandar Lampung, setelah sebelumnya pernah menetap di Bandar Lampung.
“Melalui mantan istri almarhum yang kebetulan malam itu datang dari Way Kanan, saya mendapat nomor kontak saudara almarhum di Riau,” tukuk Yulhendri.
Malam itu juga, Yulhendri menghubungi keluarga almarhum untuk segera berangkat dari Riau ke Bandar Lampung. “Mereka meminta bantuan kita untuk mengurus jenazah almarhum sembari berangkat dari Riau ke sini,” ujarnya.
Setelah pukul 3.00, pada Selasa (25/3) dini hari, kata Yulhendri kembali menjelaskan, dirinya menghubungi semua perantau yang dikenal seperti, Ketua Ikatan Keluarga Lintau, H. Jasril, Ketua Padang Ganting, H. Oyon,
Ketua Harian KBSB, Mansurdin, dan juga pengurus IKTD, beserta teman teman seperantauan lainnya.
“Atas inisiatif teman teman almarhum sesama sopir angkot dengan saya, akhirnya kami mendapatkan tempat kubur almarhum di TPU Blok 7 Kampung Sawah. Akhirnya almarhum dimakamkan di sana pada pukul 8.00 pagi setelah dilakukan fardhu kifayah,” imbuhnya lagi. (IDM)
Discussion about this post