Bukittinggi — Maju kembali sebagai calon Walikota, Erman Safar ketika secara cukup mengejutkan mengalahkan petahana hampir empat lalu, termasuk termuda di Indonesia karena masih berusia 34 tahun. Walau lahir dan besar di Bukittinggi, ketika mencalonkan diri sebagai Walikota, ia hanya dianggap “kuda hitam, “.
Faktanya, terbukti kuda hitam tersebut bisa tampil menjadi pemenang, yang oleh banyak kalangan termasuk petahana sendiri, akan sulit mengalahkan Ramlan Nurmatias dengan posisi dan elektabilitas bisa dikatakan sangat kuat.
Didukung oleh koalisi partai yang cukup kuat, Erman melangkahkan kaki pada kontestasi politik dengan tekad kuat dan upaya keras. Sebagaimana diungkapkannya saat mengetahui berhasil memenangkan Pilkada empat silam dihadapan wartawan menyebutkan, sebagai pendatang baru pendekatan kepada masyarakat merupakan cara yang dipandang cukup ampuh.
Sejak memulai proses Pilkada di Kota Bukittinggi kala itu, Erman tanpa pandang waktu dan lelah, sedikitnya telah mendatangi 17 ribu rumah warga. Datang memperkenalkan diri, menanyakan bagaimana keadaan rumah tangga mereka.
Dari rangkaian kunjungan tersebut Erman bahkan tidak jarang membantu masyarakat memperbaiki rumah atau kebutuhan hidup. Pola dan kepeduliannnya tersebut secara tapi pasti memunculkan simpati di tengah warga Bukittinggi. Beberapa kegiatannya pun sempat viral di media sosial.
Setelah menjalankan amanah, seperti diakuinya, kondisi ekonomi masyarakat Bukittinggi khususnya tengah terpuruk setelah diterpa pandemi Covid 19. Dengan kondisi itulah Erman mengaku perlu merecovery ekonomi masyarakat Bukittinggi.
Program yang dilakukan hampir semua bersifat pro-rakyat, mulai dari berbentuk bantuan sosial, bantuan pendidikan, kesehatan sampai permodalan melalui tabungan Ustman.
Konsentrasi memikirkan rakyatnya diakui Erman memang menyita energi dan waktu, sehingga tidak jarang lupa bahwa dirinya seorang Walikota. “Sampai lupa, ternyata saya seorang walikota ketika melihat spanduk atau baliho yang terpampang bergambar atau foto saya, “aku Erman saat sosialisasi rencana program kerjanya untuk lima tahun ke depan.
Ini juga relevan dengan tagline kampanyenya “berbenteng di hati rakyat”. Sebuah representasi kedekatannya dengan rakyat, sehingga familiar disapa Bang Wako. Sapaan keakraban dan kedekatangan yang juga terlontar dari mulut Erman ketika memberikan arahan sebelum blusukan di Simpang Panganak beberapa waktu, kalau perlu dirinya dipanggil saja “dedek”, karena berhadapan dengan relawan ibuk-ibuk dengan kebanyakan lebih tua dari dirinya. (Pon).
Discussion about this post