Begini Kata Ex Anggota DPRD Dan Juga Sebagai Tokoh Pemekaran
Pulau – Punjung – Tak banyak yang benar-benar tahu bagaimana sebuah daerah bisa lahir sebagai kabupaten baru. Pemekaran sering hanya dipahami sebatas “perubahan administrasi”, padahal di balik itu ada riwayat panjang perjuangan, percikan semangat, juga air mata serta pengorbanan materil dan waktu untuk sampai ke titik akhir.
Dari 24 Kabupaten /Kota di seluruh Indonesia dan termasuk tiga diantaranya di Provinsi Sumatera Barat resmi terbentuk melalui Undang – Undang Nomor 38 Tahun 2003. Sementara yang dimekarkan itu diantaranya, Pasaman Barat, Solok Selatan dan Dharmasraya,” ujar H.Masrul Maas saat berada di kediamannya Koto Baru Minggu (17/08/2025).
Dikatakannya , bahwa sejarah tak pernah lupa di catat dan diresmikan pada 7 Januari 2004 yang kini disebut sebagai hari jadi dan bukan hari berkabung, akan tetapi hari kemenangan. Namun tapak jejak sejarah dharmasraya yang baru menginjak 21 tahun ini, memang terasa agak berbeda dengan daerah lain,” terang Masrul yangj uga Ex Ketua DPRD Dharmasraya Priode 2014 – 2019.
Ia bukan sekadar hasil goresan pena legislator di Senayan, melainkan buah dari kerinduan melalui mimpi panjang masyarakat yang ingin lepas dari sekat-sekat keterbatasan, jadi pemekaran tak ada kaitannya dengan HUT RI Ke 80 , tapi pemekaran terkoneksi dengan hari jadi dharmasraya 7 Januari 2024,” ucap politisi partai Golkar itu.
Hal senada H. Eri Antoni Ex anggota DPRD dari dua dekade ini. Kata ia sebelumnya, Dharmasraya masih berada di bawah naungan Kabupaten Sawahlunto Sijunjung. Jarak yang terentang jauh, pelayanan publik yang terasa lamban, pembangunan yang timpang, membuat masyarakat di selatan Sumatera Barat kala itu merasa seperti di anak tirikan,” ingatnya.
“ Kami kaya, tapi merasa miskin,” begitulah keluh- kasah dari banyak tokoh masyarakat pada masa itu. Kekayaan sumber daya alam tak berbanding lurus dengan perhatian pemerintah kabupaten induk yakni Sawahlunto Sijunjung,’ timpal Eri Antoni, “jelas Eri yang juga termasuk salah seorang inisiator di permekaran itu.
Melihat kondisi dan adanya kesempatan para tokoh pemekaran pun bergerak dengan cepat. Bukan dengan bambu runcing atau senapan, melainkan dengan tekad yang bergelora. Mereka berjuang dengan nalar, lobi dan suara yang tak ada hentinya didengungkan hingga sampai ke pemerintah pusat,” kenangnya.
Namun hal ini tidak terlepas dari peran Pers sebagai corong informasi, diwaktu itu hanya ada beberapa media cetak alias surat kabar dan saban hari siaran radio terus mengudara menyiarkan langsung perkembangan pemekaran yang sedang diperjuangkan para tokoh dan termasuk juga dari tokoh kaum hawa,” lirihnya.
Sebagian dari tokoh pemekaran yang dulunya ikut berjuang, kini mereka telah tiada, namun namanya tetap tertulis dalam ingatan sejarah Dharmasraya, orang-orang yang dengan keyakinan sederhana membangun mimpi besar, agar tanah kelahiran mereka punya rumah sendiri, punya wajah sendiri, punya kewenangan menentukan masa depan sendiri,”tutur politisi dari partai PAN itu.
Sementara, Benhard Ex anggota DPRD Dharmasraya priode 2014 -2019 juga mengatakan hal yang sama. Katanya Pemekaran ini bukan sekadar soal membagi wilayah, melainkan ikhtiar untuk menjemput pelayanan publik yang lebih dekat, cepat, dan merata,” paparnya.
Pemekaran adalah cara agar masyarakat tak lagi harus menempuh perjalanan berjam-jam hanya untuk mengurus dokumen kependudukan. Pemekaran adalah dari suara yang dulunya disebut desa yang lama terpinggirkan dan tergerus termakan oleh wakru,” terang politisi partai Golkar itu.
Ditambahkan H. Masrul Maas Kini, setelah lebih dua dekade, Dharmasraya masih melanjutkan perjalanan panjangnya. Jalan yang berliku sejak dari awal kelahirannya adalah sebagai pengingat bahwa sebuah kabupaten lahir bukan karena keinginan segelintir elit, melainkan karena kebutuhan rakyat dimasa itu,” tukasnya.
Dharmasraya dimekarkan karena ada jarak.Tapi ia tumbuh karena perjuangan bersama dimasanya.Jadi bagi mereka yang baru datang tentu tak banyak yang tahu, tapi coba tanyakan kepada sesepuh yang sudah banyak makan asam garamnya, pasti mereka tahu. Meski, pemimpin silih berganti yang nama pelaku sejarah tetap dikenang, sampai hari ini. Sejumlah nama tokoh pemekaran itu dicatat dan diabadikan serta di arsipkan sebagai tokoh pemekaran negeri ini dan tak dapat di lupakan,”tegasnya.SP
Discussion about this post