Diawali dengan Kemandirian
Sesuai dengan azas kebersamaan yang ditanamkan ke dalam diri semua penggagas dan inisiator, bahwa kegiatan Pedati ini dilaksanakan dari dan untuk semua secara gotong royong, wujud dari penyatuan gerak masyarakat yang juga diinginkan oleh Djufri.
Apalagi Suryadi ekonomi yang beringas terhadap keuangan negara/daerah pada awal reformasi dan resesi ekonomi yang bahkan melanda banyak negara di dunia.
Kebetulan pula, lahirnya kegiatan Pedati ini berdekatan waktunya dengan peringatan Sumpah Pemuda, sehingga semangat pemuda itu pulalah melahirkan tekad untuk menjadikan rohnya sebagai alat pemersatu bangsa dan negara, sekaligus sarana sebagai sarana pemilihan ekonomi rakyat khususnya di saat resepsi ekonomi yang tengah terjadi.
Semua pun bersepakat dilakukan secara gotongroyong. Ini diwujudkan dengan pembagian tugas kepada semua anggota penggagas untuk mengkoordinir kegiatan yang dibagi menurut bidang-bidang kegiatan serta kebutuhan.
Almarhum Nasrul Phietra yang waktu itu menjabat sebagai Kepala (masih) Kantor Pariwisata Bukittinggi bertanggungjawab untuk pesta/pagelaran kebudayaan dan kesenian yang dibantu oleh Adeks Rosyyie Mukrie.
Untuk pameran dagang industri, koordinatornya (alm) Maderizal. Sedangkan urusan pendanaan dikoordinir oleh (alm) Irfianda Harma dibantu oleh (alm) Zulfian Mami dan (alm) Nursyal Syam, juga Ridmaidi dan (alm) Imran Pado. Chon Piliang, selain membantu urusan pemeran juga merangkap peralatan.
Maka dengan semangat Sumpah Pemuda yang menjadi landasan bergerak bagi penggagas tersebut, dan sesuai pula visi misi penyatuan gerak masyarakat, tentu saja kemudian melibatkan sejumlah tokoh serta dukungan dari lembaga dan pejabat/staf terkait.
Setelah kelembagaan pelaksana terbentuk, kegiatan yang untuk-untuk tahap awal harus diselenggarakan secara mandiri, panitia memutuskan sebagai dana pendukung, disamping dari sewa tenda-tenda/tempat dari peserta, sumber lain dicari sejumlah donatur.
Dari catatan Adeks Rosyyie, penyelenggaraan Pedati yang benar-bebar secara mandiri khususnya menggunakan dana atau anggaran dari pemerintah daerah berlangsung sampai kegiatan ketiga para donatur yang menjadi pendukung pelaksanaan.
Ada pun para donatur yang bisa dikatakan memberikan dukungan secara rutin selama tiga kali pelaksanaan Pedati adalah Irfianda Harma, H. Trismon, Irwan Buspa, Ramlan Nurmatias, Nelson Septiadi dan (alm) Ir.Etizal, mantan Kepala Dinas PU Kota Bukittinggi.
Adeks yang berada di luar dan di dalam kepanitiaan, karena sebagai birokrat, mantan ketua PWI Perwakilan Bukittinggi, kesehariannya juga bekerja di Dinas Pariwisata.
Tentu saja itu tidak mudah. Namun kembali keoada tekad awak, bahwa mengurus Pedati itu adalah pekerjaan sosial sekaligus diharapkan menjadi ibadah, dasarnya membutuhkan pengorbanan, minimal pemikiran dan waktu.
Di belakang itu, meski selaku pemimpin pemerintahan Kota Bukittinggi, belum bisa mengalokasikan dana dari APBD, Djufri selalu memberikan dukungan dan support, kepada penyelenggara, sehingga mampu mem”push” semangat bekerja dan mengabdi.
Dengan berbagai kesulitan maupun tantangan yang selalu dihadapi, namun dilandasi oleh loyalitas pengabdian yang tinggi oleh penyelenggara, terbukti Pedati masih mampu berlangsung tanpa dukungan pemerintah sepeser pun. (bersambung)
Discussion about this post