Padang Pariaman – Pagi ini langit di wilayah Korong Sungai Limau, Nagari Kuranji Hilir, Kecamatan Sungai Limau, Padang Pariaman, Sumbar masih diselimuti awan tipis. Cahaya matahari terbit masih terlihat menembus melalui celah awan berwarna putih keabuan.
Di bawah langit pagi tersebut, ratusan masyarakat di sekitar Masjid Raya Sungai Limau nampak hilir mudik memadati barisan salat guna melaksanakan Salat Ied 1445 H Rabu (10/4). Ya, apapun kondisinya, masjid tertua dan terbesar di daerah itu memang tak pernah sepi peminat.
Pengurus masjid, jauh jauh hari telah mempersiapkan diri untuk menggelar Salat Idul Fitri bersama dengan masyarakat sekitar. Salat Ied tahun ini diisi oleh Khotib Ustad Alfisah salah satu putra asli di daerah itu. Berdasarkan jadwal, Sholat Ied dilaksanakan pada pukul 07.30 WIB.
Meskipun banjir menghantam masjid beberapa hari lalu, sehingga genangan air di dalam masjid capai lutut orang dewasa, masyarakat yang melaksanakan Salat Ied di masjid ini tetap banyak.
Entah dari mana saja para jamaah ini. Yang pasti banyak warga yang memang tinggal di ibu kota kecamatan, dan mungkin banyak juga warga dari perantauan. Mereka berdatangan terus menerus sejak pagi.
Intinya, ratusan umat muslim ini telah memenuhi seisi ruangan masjid, hingga ke pelataran masjid di saat lantunan takbir terus berkumandang dari pengeras suara. Celah kosong untuk jamaah membuat shaf pun semakin tak nampak, kemudian habis tak tersisa saat waktu Salat Ied tiba.
“Kurang pagi kayaknya datangnya, sudah nggak bisa masuk (ke dalam masjid). Kebagian seadanya saja,” kata Azman, 45 tahun, sambil duduk-duduk di ubin dekat masjid.
Sambil menunggu waktu salat tiba, bapak separo baya asal Padang Kerambil itu beberapa kali memberikan jempol tangan kanannya.
“Memang sengaja ke sini (buat Salat Ied), soalnya setiap tahun masjid ini sebagai pusat pelaksanaan ibadah Salat Ied,” sebut bapak separo baya itu sambil tangan memainkan baju koko putih yang dikenakannya.
Pada kesempatan itu, Ustad Alfisah dalam penyampaian khotbahnya bertausyiah perihal kegembiraan dalam kesucian yang sudah melewati sebulan penuh puasa untuk menjadi insan yang kembali beriman.
Sebagai informasi, Masjid Raya Sungai Limau terletak di dalam pasar rakyat tradisional yang berjarak sekitar lebih kurang 200 meter dari bibir batang air Kuranji dilanda banjir beberapa hari lalu. Sehingga masjid digenang air mencapai lutut orang dewasa.
“Banjir sebulan lalu itu, sangat luar biasa sehingga masjid ini digenangi air. Sebelumnya, juga ada banjir, tapi tidak separah bulan lalu kemaren,” sebut tokoh masyarakat Ajo Af Tanjung usai Salat Ied.
Menurutnya, banjir tersebut akibat rusaknya tanggul cekdam yang ada di Batang Air Sungai Limau. Ia menyebutkan, pelaksanaan pembangunan tanggul cekdam itu telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah setempat. Hingga saat ini, pembangunan itu dihentikan oleh pemerintah daerah dengan alasan menyelamatkan uang negara.
“Pada pelaksanaan pembangunan cekdam yang baru terealisasi beberapa persen dari bobot kerja, pemda langsung mambacklist rekanan yang ditujuk sebagai pemenang tender. Dengan alasan bobot kerja tidak sesuai dengan progres yang disepakati. Sehingga proyek ini mangkrak,” sebut Ajo Af Tanjung.
Diketahui, proyek pekerjaan penataan sistim penanggulangan bencana, rekonstruksi bendungan/cekdam di daerah itu dapat kucuran dana hibah tahun 2023 dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pusat.
Namun belum 40 persen pengerjaan dihentikan oleh pemerintah daerah setempat. Proyek itu sejatinya masa kontraknya selesai pada 1 Desember 2023 lalu hingga kini mangkrak.
Terkait hal itu, di tempat terpisah Bupati Padang Pariaman Suhatri Bur ketika openhouse Idul Fitri kali ini di rumah pribadi Kampung Guci meyebutkan, pelaksanaan pembangunan cekdam itu tetap dilaksanakan.
Meskipun pengerjaan proyek tersebut mengalami kegagalan, dirinya tetap bersikukuh untuk mempertahankan dana hibah yang diperuntukan rekonstruksi bendungan/cekdam itu.
“Saya berupaya menyakinkan BNPB pusat agar dana hibah ini tidak kembali ke pusat, beberapakali pertemuan dengan pihak BNPB pusat, dana tersebut dapat dipertahankan dan dapat dilanjutkan pembangunan pada tahun ini,” sebut Suhatri Bur saat openhouse di rumah pribadi Kampung Guci.
Dirinya menyatakan, untuk pelaksanaan pembangunan cekdam itu, pihaknya telah melakukan tender ulang dan akan dilaksanakan pada bulan ini. “InsyaAllah pada bulan ini kita lakukan eksekusinya,” sebut dia.
Diketahui, tingginya curah hujan pada Kamis 7 Maret hingga Jumat 8 Maret 2024 yang sebabkan meluapnya sungai batang kuranji. Sehingga masjid tertua di daerah itu ikut terendam banjir.
Menurut informasi orang terdahulu, masjid ini bernama Masjid Dagang yang telah dibangun puluhan tahun dengan material berbahan kayu hingga kini telah berdiri kokoh dan megah permanen. Masjid dibangun dengan tujuan selain menjadi sarana ibadah masyarakat sekitar juga merupakan sebagai tempat transit bagi pedagang pada masa era dulunya. (suger)
Discussion about this post