Rizki Maulana : “Saya korban tumbal rekayasa untuk ganti kepala anggota DPRD Padang Pariaman demi maruah partai”
PADANG PARIAMAN – Dalam beberapa hari belakang, jagad media sosial untuk wilayah Kabupaten Padang Pariaman dan sekitarnya, dihebohkan dengan unggahan akun Facebook Rizki Maulana. Padahal diketahui, Rizki Maulana sendiri merupakan staf Sekretariat DPRD Padang Pariaman yang saat ini tengah berstatus tahanan kejaksaan. Dia terpaksa digelandang petugas Polda Metro Jaya berserta satu orang lainnya bernama Safrudin alias Buyung Supir akibat diduga kedapatan membawa sabu di Hotel Swiss Jakarta.
Dalam wawancara eksklusif via telpon seluler media dengan Rizki Maulana Rabu malam (14/3), yang saat ini mengaku berada di Rutan Salemba, menyatakan siap mempertanggung jawabkan unggahan yang dia posting di beranda akun Facebook pribadinya, pada Rabu (14/3) pukul 1.36 Wib. Dia membenarkan jika itu adalah dirinya.
Dia menyatakan banyak kejanggalan yang dia temui dalam kasus tersebut, serta mendapat diskriminasi dari penyidik. Mulai dari BAP yang dipisah antara dirinya yang disebut sebagai pemesan sabu, dengan Buyung sebagai pembeli. Hingga ditawarkan rehabilitasi sebanyak 8 kali oleh penyidik tanpa tes urine.
Ketika itu kecurigaan yang dialami Rizki dijadikan sebagai tumbal “ganti kepala” dengan Rahmad Mahmudal alias Podeng anggota DPRD dari Partai Golkar semakin menguat, lantaran ekspresi Podeng yang krasak-krusuk tidak seperti biasanya. Hal itu dia ketahui setelah dirinya dituduh dan diamankan aparat kepolisian sebagai pemesan barang haram tersebut.
Kronologis penangkapannya, beber Rizki, “Sewaktu kunjungan ke DPR RI enam bulan lalu tanggal 18-20, saya selaku pendamping ditugaskan untuk mengurus segala keperluan administrasi termasuk biaya perjalanan sewa mobil anggota DPRD. Sedangkan Buyung merupakan supir langganan mengantar rombongan setiap kali kami melakukan kunjungan ke Jakarta. Buyung dan Podeng kemana-mana selalu berbarengan dan mereka berdua satu kamar.”
Dari penuturan Rizki meneruskan, keberadaan Buyung dan Podeng sebelum dirinya digeledah di kamarnya, sedang berada di parkiran bawah. “Ketika itu sekitar pukul 4 sore saya memilih untuk istirahat dikamar sendiri setelah kunjungan ke DPR RI, kamar saya terpisah sendiri. Antara saya dengan Buyung tidak pernah komunikasi sejak sore hingga malam penangkapan saya kira-kira pukul 9.00. Nah, kecurigaan saya mucul karena tiba-tiba pukul 6.00 sore Podeng menghubungi saya melalui video call dengan wajah pucat ketakutan dan mengatakan sedang di parkiran bawah. Dia mau ke kamar saya,” ungkapnya.
Tak berselang lama, Podeng bersama seorang wanita bernama Putri yang disebut Rizki sebagai pacar Podeng, mendatangi Rizki di kamarnya hingga 4 kali berturut-turut, “Setelah video call tadi dia datang ke kamar saya sama ceweknya Putri. Itu hanya sebentar sekedar main-main hp tanpa ada perbincangan dengan saya, lalu dia pamit keluar katanya mau mengantar ceweknya mandi sembari meminta kunci kamar saya. Dan saya kasih kunci kamar saya ke dia supaya dia bebas keluar masuk kamar saya. Itu yang pertama,” paparnya.
30 menit kemudian lanjut Rizki, Podeng kembali menghubungi Rizki dan mendatangi Rizki di kamarnya. “Kedua, 30 menit setelah keluar dari kamar mengambil kunci bersama pacarnya, dia datang lagi sendirian. Hanya masuk sebentar lalu keluar lagi. 30 menit yang ketiga, dia masuk lagi, lama berdiri di pintu kamar, terus masuk kamar mandi, lalu keluar lagi. Sampai di situ saya menaruh curiga, tapi kelihatan ada yang aneh.”
Barulah, kali yang keempat Podeng datang diiringi aparat kepolisian dan Buyung masuk ke kamar Rizki. Di sana menurut Rizki, aparat kepolisian memaksa dirinya untuk mengakui bahwa dirinya telah memesan sabu kepada Buyung dengan barangbukti uang transferan senilai satu juta rupiah dan pipet yang berada di kamar mandi.
“Teakhir saya sadar bahwa skenario ini dikondisikan. Biangnya adalah Podeng. Tujuannya agar Podeng ganti kepala dengan saya. Polisi menemukan bukti transfer uang satu juta yang saya kirim ke Buyung, padahal itu untuk biaya operasional selama di Jakarta, karena sebagai pendamping itu tugas saya mengurus administrasi, dan Buyung adalah supir langganan tugasnya mengantar rombongan. Tapi keterangan itu tidak diterima polisi. Karena Podeng telah mengklaim dia lah yang mentransfer uang ke Buyung untuk rental mobil ke Bandung. Terus keberadaan pipet di kamar mandi yang saya tidak tahu, tiba-tiba kenapa ada pipet di kamar mandi itu,” sebutnya lagi.
Atas dasar tersebut, menurut Rizki lagi, penyidik merekayasa BAP dirinya. Padahal, barangbukti sabu didapatkan dari tangan Buyung yang ditangkap di parkiran bersama Podeng. “Nah, di sana, polisi memaksa saya untuk mengaku, katanya, “akui saja nanti dibantu”, itu kata polisi.”
“Kerancuan itu diperkuat dan terlihat sewaktu kesaksian dari salah seorang anggota polisi yang menangkap. Hakim bertanya, saya ditangkap di kamar hotel di atas lagi istirahat. Sedangkan Buyung ditangkap di parkiran bawah dengan barangbukti sabu. Urine tidak pernah dites. Polisi menemukan pipet di kamar mandi. Saya bantah, itu bukan punya saya, polisi tidak bisa membuktikannya di persidangan. Saya tidak tahu pipet itu punya siapa, yang saya tahu ketika itu Podeng 4 kali bolak-balik ke kamar saya, ldan sempat ke kamar mandi. Ini jebakan untuk mengkambing hitamkan saya,” papar Rizki meluruskan.
Sementara di luar itu. Rizki juga membeberkan posisi Datuak Lung selaku Ketua Partai Golkar Kabupaten Padang Pariaman, diduga tidak netral dalam menyelesaikan perkara tersebut. Dia menilai Datuak Lung sengaja membela anggota partainya yang seharusnya saat ini berada di posisinya. “Buyung didoktrin oleh Datuak Lung untuk menyelamatkan Rahmat Mahmudal (Podeng) untuk menjaga maruah partainya. Dia juga sering mengunjungi Buyung. Padahal waktu di Polda dia mengatakan akan netral dalam menyikapi persoalan ini. Saya juga katakan jikalau saya tidak ingin direhab. Saya katakan, saya ingin dibebaskan atau kalau tidak dilanjutkan. Ketidak netralan itu juga saya rasakan waktu di persidangan. Karena sebelum sidang dimulai Datuak Lung saya lihat berkumpul bersama Buyung, JPU, Podeng dan pacarnya. Buktinya saya dikambing hitamkan. Semua kesaksian di sidang dikondisikan.”
Discussion about this post