Dharmasraya — Sangat miris sekali, bahkan terkesan asal asalan pekerjaan proyek penggantian jembatan Sopan Jaya Sungkai Batas Riau (Jembatan Sopan Jaya II), kecamatan Padang Laweh, kabupaten Dharmasraya, provinsi Sumatera Barat.
Nama program dari proyek ini adalah: Pembangunan Jalan Jembatan. Nama kegiatan: Pembangunan Jembatan, dengan nomor kontrak 630.01/01-PML/PMB-JMBT/DAK/BM-DPUPR/11-2020.
Proyek ini mulai tanggal kontrak 21 Februari 2020, dengan nilai kontrak Rp.2.519.294.064 (dua miliar lima ratus sembilan belas juta dua ratus sembilan puluh empat ribu enam puluh empat rupiah). Lama pekerjaan 240 hari kelender, sumber dana DAK, tahun anggaran 2020.
Sebagai kontraktor pelaksana CV. Catur Putra Buana, sebagai konsultan pengawas CV. Rayadinata Konsultan.
Kegiatan proyek dari Dinas PUPR, Bidang Bina Marga Kabupaten Dharmasraya ini terkesan kurangnya pengawasan, sehingga pelaksanaan pekerjaannya asal jadi.
Sesuai dengan pantauan media ini, Jumat 12 Juni 2020, pemasangan batu sayap galian pandasinya sangat dangkal, itu pun tidak pakai koporan yang akan mengurangi kepada daya tahan.
Selain itu mutu beton pasangan pondasi sayap sangat meragukan dikarenakan pengadukan betonnya hanya secara manual pakai cangkul.
Parahnya lagi alat pendukung yang ditemui di lokasi saat itu hanya cuman cangkul sama skop dan satu angkong.
Pekerjaan proyek jembatan ini di bawah kepengawasan, Pemerintah Kabupaten Dharmasraya, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang beralamat di Jalan Lintas Sumatera KM 2, Sungai Dareh telepon (0754) 40006.
Menurut KD (nama samaran) masyarakat Padang Laweh mengatakan, pekerjaan pembuatan jembatan ini sebagai pengganti jembatan yang runtuh diseret banjir dulu, yang sempat mengakibatkan lumpuhnya ekonomi petani.
Diduga kuat pekerjaannya dulu asal jadi saja, sehingga tidak ada ketahanannya. “Sekarang dibangun lagi oleh pemerintah Dharmasraya. Kenapa kok pasangan pondasinya tidak ditanam dan juga tidak pakai koporan. Apakah memang begitu di dalam speknya?” tanya dia keheranan.
Selain itu bagaimana pula pengawas atau PPK-nya menjamin mutu beton pasangan batu pandasi sayapnya hanya cuman di aduk pakai alat cangkul dan skop saja. “Saya bingung juga dengan pengawas dan PPK-nya kok mereka terkesan diam saja, ada apa sebenarnya?” Sebut KD dengan wajah penuh curiga. (*A*)
Discussion about this post