PARIAMAN — Handeh… Ada ada saja insiden yang bikin geli, terjadi saat tim investigasi media kembali menyambangi proyek DAK Paket 1 Dinas PUPR Kota Pariaman yang dikerjakan oleh rekanan nakal, di ruas jalan Simpang Muaro Nan Tongga – Muaro Manggung, Desa Ampalu, Kamis (8/9).
Kedatangan media memastikan ada tidaknya perubahan fisik konstruksi pasangan talut abal-abal di ruas itu pasca dikonfirmasikan ke Dinas PUPR dan diberitakan, Senin (5/9) kemaren.
Alhasil miris, rekanan nakal yang mengerjakan pekerjaan pasangan batu kali untuk talut penahan badan jalan, masih tetap berlangsung dengan spek lumpur dijadikan bahan material. Tanpa ditemukan pengawasan dari pihak konsultan pengawas dan Dinas PUPR sendiri.
Insiden yang bikin geli pun terjadi. Pelaksana proyek yang datang ke lokasi, setelah dikonfirmasi media media ternyata membawa preman kampung.
Anehnya, oknum preman kampung yang mengaku pemuda setempat bernama Pal, diduga pesanan kontraktor nakal itu, mengakui pula bahwa lokasi proyek tersebut berada di tanahnya.
Tak tanggung-tanggung gertakan serta ancaman yang ditebarkannya. Selain mengklaim sebagai subkon, oknum preman kampung itu kontan tak menerima kehadiran tim media serta pemberitaan di media yang sejatinya mengawasi pekerjaan proyek yang didanai oleh uang negara.
“Aden si Pal, pemuda di siko. Apo urusan ang memberitakan proyek den. Garo-garo waang, pitih den taniayo. Waang beritakan proyek den sakali lai, awas ang, baurusan ang samo den,” ancam preman kampung bikin geli tim media di hadapan kontraktor pelaksana PT PMI dengan gaya sok premannya bersama satu orang temannya yang lain.
Dengan demikian Ali Nurdin, Ketua LSM Gempur menegaskan agar Dinas PUPR tidak main-main dengan proyek yang beresiko itu. Karna spek pekerjaan yang sangat melenceng dari perencanaan dalam kontrak bestek, perlu ditindaklanjuti.
“Kita minta Dinas PUPR Kota Pariaman membongkar Pekerjaan proyek yang sangat tak sesuai bestek. Masak iya, kemaren Kamis (8/9) kami ke lapangan, materialnya masih menggunakan lumpur. Air yang diambil untuk adukan semen berasal dari air berlumpur, yang ada di sekitar lokasi proyek. Kalau tidak ada tindak lanjut dari Dinas PUPR, kami akan buatkan laporannya ke Tipikor dan Kejaksaan,” tegas Ali.
Adapun yang menjadi temuan media di proyek DAK Paket 1 Dinas PUPR Kota Pariaman, di antaranya ruas Jalan Simpang Muaro Nan Tongga – Muaro Manggung di Desa Ampalu. Item pekerjaan yang lakukan kontraktor hingga Sabtu (3/9) adalah pemasangan talut penahan badan jalan dan pemadatan badan jalan.
Sejauh mata memandang, pasangan talut yang sebagian besar sudah terpasang, ditemukan banyak kecurangan. Agak saja, hasil adukan semen dari pasangan batu tersebut bisa dengan mudahnya remuk dengan diremas. Pasangan batu yang pucat rapuh dan keropos menandakan kualitas pekerjaan itu melenceng jauh dari speknya. Selain itu, banyak juga ditemukan pasangan talut yang merengkah walaupun baru dikerjakan hitungan hari.
Lebih lagi koporan yang digunakan sebagai lantai kerja, juga asal jadi saja. Tak ayal sepanjang pasangan batu untuk talut itu, ditemukan banyak rongga. Entah bagaimana hasil dari mutu serta kualitas pekerjaan nantinya, sehingga tak heran kegiatan kontraktor di ruas tersebut kuat terindikasi dikerjakan nyaris tanpa pengawasan, meskipun sudah melibatkan konsultan pengawas dari CV Gradasi Sembilan Konsultan.
Dari keterangan yang diberikan warga setempat mengungkapkan, jika pelaksana kegiatan dalam pemasangan talut, di antara materialnya terbuat dari campuran lumpur.
“Sejak kapan pasangan talut penahan badan jalan di Kota Pariaman boleh pakai lumpur. Masak iya adukan semennya bercampur lumpur,” satire warga setempat yang enggan disebutkan namanya.
Lebih jauh ia mengungkapkan, pekerjaan pasangan talut itu dikerjakan asal jadi, selain itu trase dari pasangan talut itu terlihat berliku, seperti ular kekenyangan, “Terbukti dari hasil pekerjaan yang sudah dikerjakannya. Lihat saja kan bisa tampak kasat mata, minim semen, pucat dan berrongga. Terlebih lagi trase pasangan yang dikerjakan melengkung, meliuk-liuk seperti ular kekenyangan,” ujarnya sembari menduga, kemungkinan gambar kerja pasangan talut di ruas ini memang begitu adanya, meliuk-liuk seperti ular kekenyangan.
Tak hanya itu saja, carut marut pekerjaan peningkatan kapasitas struktur jalan tiga ruas DAK Paket 1 yang berada di ruas wilayah Talao Pauh. Pasangan batu pembatas badan jalan juga tampak tak jauh beda. Kurangnya takaran semen membuat pasangan batu tersebut banyak yang terkelupas. Belum lagi soal pondasinya yang terlihat dangkal, serta batu mangga yang digunakan pun tak sesuai mutu. Sebab dari tumpukan batu mangga yang dipakai, tampak mudah pecah, berpori dan rapuh. Sehingga menyimpulkan jika proyek dengan nomor kontrak : 01/SPP/DPUPRP/PRM/2022 itu diyakini benar-benar tidak bisa diterima akal sehat. (Idm)
Discussion about this post