Agam — “Karatau madang di hulu, babuah babungo balun, merantau bujang dahulu, di rumah balun”, peribahasa atau kata bijak ini bagian dari filosofi hidup masyarakat Minang yang telah melahirkan “orang-orang besar”. Tidak hanya di Tanah Air tapi juga tercatat dalam sejarah beberapa negara tetangga.
Hidup dan berjuang di rantau baik menuntut ilmu atau berusaha pada saatnya seyogyanya ikut menjadi kontribusi positif bagi kampung dan masyarakat serta kaum sendiri.
Proses seperti ini pulalah yang telah, sedang tentu saja untuk seterusnya dilalui oleh Prof. DR. Mawardi. M. Si, putera Lundang, Panampuang, Ampekangkek, Agam yang kini menjadi guru di Universitas Negeri Padang (UNP). Anak nagari yang telah berjuang untuk mencapai cita-citanya, dan kini suku maupun kampung memanggilnya untuk pulang. Dan kini tibalah saatnya pula diberi tanggungjawab sebagai niniakmamak di kaumnya suku Tanjuang dengan gelar adat Datuak Rajo Bangkeh.
Mawardi Dt. Rajo Bangkeh yang ternyata pernah sama kuliah dengan ketua LKAAM Sumbar Prof. DR. Fauzi Bahar. M. Si Dt. Nan Sati, ikut mengisi kekosongan gelar niniakmamak suku Tanjuang Panampuang tersebut, yang digelar di Surau Ka’bah Sabtu kemaren.
Gelar datuak yang dipikulnya kini, merupakan wujud dari pengabdian diri setelah berhasil meraih pekerjaan dan jabatan yang sudah masuk paripurna. Sebagai Aparatur Negara (ASN) Dt. Rajo Bangkeh berhasil mencapai pangkat dan golongan. Pembina Utama Madya IV/d.
Di jajaran UNP Padang sendiri, Mawardi Dt. Rajo Bangkeh dipercaya menjadi Kepala Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat LP2M, dengan latar belakang pendidikan dan pelatihan nasional serta internasional, sampai menulis sejumlah buku, baik yang sudah terbit atau sedang dalam penulisan maupun belum dipublish.
Pada saat suku dan kampung memanggil, Mawardi membulatkan niat serta tekad untuk memberikan pengabdiannya, demi kemajuan masyarakat dan nagari. Penunjukan dirinya sebagai pemangku adat dalam kaumnya.
Tentu saja tidak hanya dalam lingkungan kaum, masyarakat dan nagari Panampuang seakan memanggil sebagai salah seorang putra terbaik, bersama niniakmamak lain, termasuk Ir. Benni Warlis. MM Dt. Tan Batuah yang juga merupakan niniakmamak suku Tanjuang.
Kehadiran Mawardi sebagaimana disebutkan gubernur Sumbar H. Mahyeldi Ansharullah, tidak hanya memberikan kontribusi positif, sebagai niniakmamak untuk “kusuik manyalasaikan dan karuah mamjaniahkan”. Apalagi, dinamika kehidupan masyarakat di nagari khususnya tidak akan lepas dari suka atau tidak suka dari anak-kemenakan dan anak nagari.
Bagaimana tokoh pendidik di Perguruan Tinggi ini telah memberikan pengabdiannya selama ini, setelah memangku gelar Datuak, tentu saja juga diharapkan mampu melakukan hal yang sama bahkan lebih bagi masyarakat dan nagari Panampuang. (*)
Discussion about this post