PD. PARIAMAN, REPINVESCOM
KETIR, yang kaya makin kaya, yang miskin makin terlupakan. Hal semacam itulah yang tengah merundung Uwai Mini (Nenek Mini). Padahal usianya sekarang sudah semakin uzur.
Seakan menyiratkan bahwa tidak ada lagi pilihan dan tempat baginya, untuk dapat menikmati sedikit saja kehidupan yang layak (berkecukupan) di sisa-sisa derah nafasnya yang goyah itu.
Nenek Mini yang berusia lebih dari 80 tahun ini menjalani hari-harinya hanya sorang diri. Gubuk reot beralaskan tanah, bertambalkan kayu berhiaskan terpal usang di atasnya adalah sebagai dinding istananya, beratapkan seng seadanya.
Di sanalah, sesosok jiwa renta bersemanyam di dalam raga yang tertopang rapuh itu tinggal. Cuma itulah harta kebanggaan yang dia punya.
Memang Uwai Mini terbiasa hidup menyepi sorang diri. Tapi tanpa lampu penerangan, kamar mandi atau pun fasilitas rumah tangga lainnya yang kondisinya pun jauh dari kata layak. Miris.
Tak ada pilihan, hanya berusaha tegar dan pasrah menjalani penderitaan. Saban hari jiwa nan tua itu menulangkan ketir.
Tidakkah Nenek Mini berhak mendapatkan sedikit saja pertolongan, dari berjibun banyaknya jenis bantuan pemerintah yang ada?
Dan bukankah tujuan dialokasikannya dana dari segala jenis bantuan sosial ataupun hibah dari pemerintah, sasaran utamanya adalah orang-orang seperti Nenek Mini ini, yang tragisnya sudah puluhan tahun hidup sebatang karang ditinggal suami.
Begitu kejam rasanya. Nenek Mini justru luput dari program-program bantuan pemerintah yang dikucurkan pusat melalui daerah, atau pun program dari pemerintah daerah sendiri jika ada.
Tapi apa? Uwai Mini yang tinggal di Kanagarian Campago, Korong Toboh Kuranji, Kecamatan V Koto Kp. Dalam, Kabupaten Padang Pariaman ini tidak diacuhkan sama sekali. Bahkan di tingkat korong tempat tinggalnya, dia seakan diabaikan.
Banyak program-program rakyat miskin seperti rumah tidak layak huni, pembagian raskin, program PKH, dana BAZ serta berjibun program lainnya. Tak satupun pernah dinikmatinya.
Tragis, hal itu diterima Uwai Mini karena alasan, Uwai Mini tidak punya KK. Begitu jawaban lepas Wali Korong Toboh Kuranji, Rio menyebut ketika tim media menemuinya. “Ya, mau bagaimana lagi. Sekarang saya belum bisa berbuat apa-apa. Masalah Uwai ini karena dia tidak punya KK,” jawaban Rio singkat terkesan abai.
Padahal, dihitung-hitung. Rio yang mengisi tampuk jabatan pemerintahan terendah sebagai walikorong adalah tugasnya mengayomi warga di sekitar Korong dia. Apalagi, kehidupan di desa itu masih kental dengan kekeluargaan dan sanak saudaranya.
Seperti Uwai Mini yang diketahui penyandang buta aksara. Anak perempuannya yang tinggal tak jauh dari gubuk derita Uwai Mini juga tak sanggup berbuat banyak, semenjak suaminya mangkat meninggalkan dia dan seorang anak perempuannya. (evendi)
Discussion about this post