Sangat menarik perhelatan Pilkada Kota Pariaman periode 2024-2029 kali ini, di mana di penghujung bulan Juli kemaren (31/7), Mardison Mahyuddin yang dinantikan skemanya, akhirnya menjawab semua spekulasi miring tentang keraguan dirinya yang dikhawatirkan tak ikut berkontestasi.
Akan tetapi tulisan ini bukan sekedar membahas tentang Mardison yang dipastikan ikut berlaga–dengan menggandeng Rico Saputra sebagai calon wakilnya–berbekal kendaraan Partai Golkar dan PAN (6 kursi).
Namun yang paling disorot di Pilkada Kota Pariaman sekarang, adalah keterlibatan bakal calon kepala daerah yang notabene dulunya saat Pilkada 2018 mereka setampuk (tim Genius-Mardison), sekarang pecah jadi tiga poros.
Entah siapa yang salah, hampir tak dapat diterima akal sehat, Genius yang kerap “mem-ba-bi-bu” PKS dalam satu dekade terakhir, berpasangan dengan Muhammad Ridwan, dulunya tahun 2018 adalah rival terberat Genius.
Sedangkan Yota Balad dengan Mulyadi-nya yang punya loyalitas tinggi, sekarang menginisiasi poros baru melawan Genius. Sementara Mardison sendiri yang merupakan wakil walikota Genius, yang selama ini senada dan seirama dalam mengambil kebijakan, bahkan dicap sebagai pasangan kepala daerah paling akur, tak pecah kongsi hingga masa jabatan, memilih melebur dengan porosnya sendiri berpasangan dengan Rico Saputra.
Inilah dinamika yang terjadi dalam peta perpolitikan di Kota Pariaman. Tak ada yang menyangka jika Yota Balad sang “panglima” Genius di birokrasi, berbalik arah; dan Mulyadi adalah “komandan perang” di tim Genius-Mardison sewaktu Pilkada 2018, memilih merapat ke Yota Balad.
Sementara Mardison, yang merupakan pasangan kepala daerah yang paling fenomenal, akur sampai habis jabatan bersama Genius, merangkul Rico Saputra yang dulunya merupakan donatur loyal Genius-Mardison.
Tak diragukan loyalitas para pesaing Genius sekarang–merupakan mereka yang dulunya telah “berdarah-darah” memenangkan pertarungan, bila dikaitkan dengan fenomena yang terjadi saat ini, adalah sebilah peristiwa kontras. Dengan kata lain Genius gagal menjaga kedaulatan tim solidnya yang dulu. Mereka semuanya yang seiring seirama sampai habis masa jabatan: Mardison Mahyuddin; Yota Balad; Mulyadi; Rico Saputra.
Nah, siapa yang disalahkan ketika seluruh sendi pertahanan Genius 2018 pecah menjadi tiga poros? Dan siapa yang akan diunggulkan? Tentu semua ini masih berjalan dinamis. Ketiga pasang bakal calon yang akan berlaga saat ini punya kekuatan yang sama-sama terukur. Tak ada yang menonjol.
Satu hal yang jadi catatan penting: Sun Tzu (500 SM) seorang ahli strategi dan jenderal militer China kuno yang paling terkenal, yang juga dikenal sebagai penulis karya The Art of War, yang berisikan tentang strategi militer, pernah menisbatkan seutas teori: “Seni berperang paling baik adalah menjaga kedaulatan sendiri, sementara menghancurkan kekuatan musuh adalah terbaik kedua.”
Jika demikian itu suatu keniscayaan, tentulah Genius tengah menghadapi masalah besar, karena gagal menjaga kedaulatan dan pertahanan tim solidnya dulu. Wallahu ‘alam, semua tergantung garis tangan.
Discussion about this post