Aku ingin membentuk satu wadah yang tidak retak, yang utuh, yang mau menerima semua masyarakat Indonesia yang beraneka-aneka itu dan yang masyarakat Indonesia mau duduk pula di dalamnya – yang diterima oleh Saudara-saudara yang beragama Islam, yang beragama Katolik, yang beragama Kristen Protestan, yang beragama Hindu-Bali, dan oleh Saudara-saudara yang beragama lain – yang bisa diterima oleh Saudara-saudara yang adat istiadatnya begitu, dan yang bisa diterima sekalian Saudara.
Aku tidak mencipta Pancasila, Saudara-saudara, sebab sesuatu dasar negara ciptaan tidak akan tahan lama.
Ini adalah satu ajaran yang dari mula-mulanya kupegang teguh : “Jikalau engkau hendak mengadakan dasar untuk sesuatu negara, dasar untuk sesuatu wadah, jangan bikin sendiri, jangan anggit sendiri, jangan karang sendiri. Selamilah sedalam-dalamnya bumi dan sejarah !”
Aku melihat masyarakat Indonesia, sejarah rakyat Indonesia. Dan aku menggali lima mutiara yang terbenam di dalamnya, yang tadinya mutiara itu cemerlang, tetapi oleh karena penjajahan asing yang 350 tahun lamanya, terbenam kembali di dalam bumi bangsa Indonesia ini.
Aku bukan pencipta Pancasila. Pancasila diciptakan oleh bangsa Indonesia sendiri.
Aku hanya menggali Pancasila daripada buminya bangsa Indonesia.
Pancasila terbenam di dalam bumi bangsa Indonesia 350 tahun lamanya, aku gali kembali dan aku sembahkan Pancasila ini di atas persada bangsa Indonesia kembali.
Tertanda : Soekarno, 24 September 1955. (Knf)
Discussion about this post