Bualan atas janji Direktur RSUD Pariaman untuk menjamin keselamatan nakes dan masyarakat Kota Pariaman perlahan mulai kandas pasca petugas brankar IGD RSUD Pariaman dinyatakan positif, Rabu (14/4). Konon persoalan lain pun muncul, tempat karantina bagi nakes yang akan menangani Covid-19 di RS ini juga belum jelas dimana rimbanya. Benarkah demikian?
PARIAMAN, R. INVESTIGASI — Direktur RSUD Pariaman Indria Veluntina berjanji kepada DPRD Kota Pariaman menjamin segala sesuatu terkait dengan kesiapan rumah sakit dalam menangani pasien Covid-19, seiring dengan rencana dialih fungsikannya RSUD Pariaman sebagai RS khusus Covid-19.
Janji tersebut ditukilkan Indria ketika rapat yang digelar bersama Kepala Dinas Kesehatan Kota Pariaman dan anggota dewan di Gedung DPRD Kota Pariaman, Rabu (8/4). Indria Veluntina berjanji di hadapan anggota legislatif untuk menjamin kesiapan, keselamatan, karantina serta kesejahteraan tenaga kesehatan (nakes). Tak hanya itu, dia juga menjamin keselamatan warga yang berada di seputaran RS agar tidak terpapar wabah pandemi Covid-19 dengan ditunjuknya RSUD Pariaman sebagai RS khusus.
“Kita sudah panggil Direktur RSUD Pariaman dan Kepala Dinas Kesehatan. Intinya direktur menjamin keselamatan nakesnya. Mulai dari alat perlengkapan medis dalam menangani pasien corona. Menjamin kesejahteraan nakes. Tempat kanrantina serta menjamin perlindungan bagi nakesnya dan masyarakat di sekitar, supaya tidak terpapar seandainya RS mulai menerima pasien khusus penanganan corona. Termasuk solusi dan tindak lanjut penanganan pasien yang saat ini dirawat di RSUD Pariaman,” jelas Ketua DPRD Fitri Nora pada reportaseinvestigasi.com usai rapat di ruang kerjanya, Rabu (8/4).
“RSUD Pariaman mulai dikosongkan tanggal 10 April ini. Dikosongkan untuk persiapan alihfungsi penanganan RS menjadi khusus corona. Efektifnya RSUD Pariaman akan mulai menerima pasien Covid-19 pada 1 Mei nanti. Dalam selang waktu itu pihak manajemen akan mematangkan persiapan,” sambung Nora.
Dengan demikian, janji yang dilafalkan Indria di hadapan anggota legislatif Kota Pariaman pada Rabu (8/4) itu, seketika kandas di tengah jalan. Direktur RSUD Pariaman dinilai sesumbar dan teledor. Janji Direktur Indria kepada DPRD tak lain dicap sebagai bualan belaka. Belum lagi soal tempat karantina nakes yang saat ini masih simpang siur. Konon kabarnya, untuk penetapan tempat karantina bagi nakes yang bertugas di RSUD Pariaman belum ada kepastian sesuai dengan yang dijanjikan Indria kepada DPRD Pariaman.
Pasalnya, pada Selasa tanggal 14 April 2020 jam 05.00 Wib, telah diketahui pasien Candra, (31 tahun) yang bertugas sebagai brankar IGD RSUD Pariaman, beralamat di Desa Manggung Kec. Pariaman Utara, Kota Pariaman ternyata positif terjangkit Covid-19.
Kejadian tersebut diketahui oleh Walikota Pariaman Genius Umar setelah mendapatkan telpon dari Gubernur Sumbar, bahwasanya pasien yang menjalani isolasi mandiri hasil tes swab positif Covid-19.
Berdasarkan dari keterangan Kepala Desa Manggung, Oscar menjelaskan bahwa pasien yang tak lain merupakan warganya itu benar terpapar corona sewaktu menjalankan rutinitasnya sebagai brankar IGD di RSUD Pariaman.
Lebih tepatnya, saat menangani pasien positif Covid-19 Tania asal Sintoga Padang Pariaman beberapa waktu lalu, yang disinyalir sebagai kelalaian pihak manajemen RSUD Pariaman.
“Kami baru tadi pagi mendapatkan informasi dari gubernur bahwa Candra positif corona, selama ini Candra telah isolasi mandiri di rumah. Dia diisolasi mandiri semenjak pasien dari Sintoga masuk RSUD Pariaman, semenjak itu pasien isolasi di rumah,” jelas Oscar (14/4/2020).
Sejauh ini informasi yang berhasil dihimpun, awal mula Covid-19 menjangkit Candra berawal dari hasil tes laboratorium UNAND yang menyatakan Tania Agustin warga Sintoga Padang Pariaman positif Covid-19. Hal ini menunjukkan bahwa pihak RSUD Pariaman sangat lalai, sehingganya pasien terpaksa dirumahkan dengan melakukan isolasi mandiri secara ketat di bawah pengawasan.
Ketika itu, Tania Agustin merupakan siswi SMK Sintoga Padang Pariaman yang sedang melaksanakan PKL di Hotel Parai Bukittinggi selama 2 bulan akhir Januari 2020 diduga terpapar Covid-19 di tempat PKL-nya di Hotel Parai Bukittinggi.
Masih dari informasi yang didapat, setelah pulang dari Bukittinggi Tania merasa tidak enak badan, Tania memutuskan untuk berobat ke RSUD Pariaman dan sempat dirawat. Namun anehnya, hasil dari pihak RSUD Pariaman menyatakan Tania negatif dan dipulangkan pada Minggu, 30 Maret 2020.
Alhasil, akibat minimnya APD dan ruang isolasi di RSUD Pariaman ketika menangani pasien Tania, 2 orang dokter dan 2 orang petugas kesehatan yang bersentuhan dengan Tania dikabarkan melakukan isolasi mandiri, termasuk Candra yang saat ini dinyatakan positif Covid-19.
Hal ini juga disesalkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Padang Pariaman Yutriardi, kepada media Selasa (31/3/2020). Dia menyebut RSUD Pariaman lalai dalam menangani pasien positif terjangkit Covid-19 Tania.
Kasus siswa SMK Sintoga yang terpapar Covid-19 selepas kembali dari tugas praktek lapangan di Bukittinggi ini, murni merupakan kelalaian manajemen RSUD Pariaman. “Karena berita awalnya diinfokan negatif sama RSUD Pariaman. Namun tiba-tiba dinyatakan positif tanpa ada bukti tertulis. Kami minta hasil positif secara tertulis namun RS tidak memberikan. Coba disampaikan secara tertulis kalau hasilnya positif, tentu kami tidak kecolongan jadinya. Ini kan tidak, tadinya diinfokan negatif. Eh, tau-tau berubah positif,” ungkap Yutri jengkel.
Discussion about this post