Pulau Punjung – Di tengah geliat pembangunan jalan dan jembatan yang menjadi simbol kemajuan fisik, Satgas TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Reguler ke-125 Kodim 0310/SS kembali menyentuh sisi lain pembangunan membangun jiwa, membangun mimpi, lewat aksara dan imajinasi.
Rabu pagi (06/08/2025), satu unit mobil perpustakaan keliling meluncur perlahan ke jantung Nagari Sungai Kambut, Kecamatan Pulau Punjung. Bukan sekadar kendaraan biasa, melainkan kendaraan harapan—membawa buku-buku cerita, warna-warni gambar, dan sejumput semangat untuk menyalakan kembali minat baca yang mulai pudar di tengah gelombang gawai dan layar sentuh.
Dan benar, kedatangan pustaka keliling itu disambut seperti pesta kecil. Anak-anak berlari, mata mereka berbinar. Sebagian belum pernah menyentuh buku bergambar, sebagian lagi baru tahu bahwa membaca bisa lebih seru dari menonton video pendek. Mereka berkumpul, duduk bersila, seperti sedang mendengar kisah para leluhur dari mulut seorang datuk.
“Adanya perpustakaan keliling ini sangat diminati, khususnya oleh siswa dan sebagian warga,” tutur Serka Hendra Cipta yang tak hanya berdiri mengamankan, tapi turut membaca dan mendampingi anak-anak dengan kesabaran seorang guru.
Di sela-sela halaman bergambar dan tawa bocah-bocah, TNI dan guru-guru menjadi pemandu, membacakan kisah, menuntun imajinasi. Buku-buku itu bukan sekadar tumpukan kertas, melainkan perahu yang bisa membawa anak-anak ke negeri jauh, tanpa harus meninggalkan nagari ini.
“Minat baca harus ditanamkan sejak usia dini,” tambah Serka Hendra, “karena seperti yang kita ketahui, kemajuan teknologi sangat mempengaruhi kurangnya keinginan membaca.”
Ironis memang. Di era digital yang katanya penuh akses pengetahuan, justru budaya baca tersingkir perlahan. Anak-anak lebih akrab dengan video viral daripada kisah klasik. Maka program seperti ini bukan hanya sekadar hiburan, tapi intervensi budaya, resistensi sunyi terhadap gelombang instan yang menenggelamkan kedalaman berpikir.
TMMD tidak hanya bicara tentang cor beton dan pembangunan fisik. Di balik bisingnya mesin dan dentuman alat berat, terselip ruang sunyi untuk menanam benih peradaban—huruf demi huruf, kalimat demi kalimat.
Dan mungkin kelak, dari anak-anak yang hari ini membaca di bawah tenda biru itu, akan lahir penulis, pemimpin, pemimpi, atau sekadar manusia yang lebih bijak, karena pernah mengenal dunia melalui halaman buku.****
Discussion about this post