Oleh Syafri Piliang
Wartawan Muda
Dharmasraya – Di ujung minggu yang lembab itu, kabar berembus pelan namun cepat menyebar di kalangan pejabat dan warga Pulau Punjung. Kejaksaan Negeri Dharmasraya, lembaga penegak hukum yang selama ini menjadi sorotan publik, tak luput dari gelombang mutasi besar-besaran yang dilakukan oleh Jaksa Agung.
Dari informasi yang beredar nama Ariana Astuti, sosok yang selama ini memimpin korps Adhyaksa di Dharmasraya, disebut-sebut naik kelas. Konon kabarnya, ia dipromosikan menjadi Asisten Pembinaan di Kejaksaan Tinggi Bengkulu.
Di ruang-ruang kantor dan warung kopi, kabar itu segera menimbulkan percakapan baru. “Kalau benar bu Kajari pindah, semoga penggantinya bisa lebih tegas,” ujar seorang aktivis muda Ramblan sembari menyeruput kopi hitam di Pasar Lama Pulau Punjung. Nada harap bercampur dengan rasa skeptis.
Tak lama, kepastian itu datang. Posisi Kepala Kejaksaan Negeri Dharmasraya resmi diisi oleh Sumanggar Siagian, jaksa senior yang sebelumnya menjabat Kajari Kepulauan Aru, Maluku. Namanya tidak asing di kalangan penegak hukum, ia dikenal disiplin, vokal, dan keras terhadap pelanggaran etik di internal kejaksaan.
Kini publik menaruh harapan baru pada bahunya. Harapan agar kasus-kasus lama yang “mengendap” tanpa kejelasan segera diungkap.
Beberapa perkara dugaan korupsi di Dharmasraya disebut masyarakat seperti hilang di tengah jalan. Ada yang sudah memasuki tahap penyelidikan, namun tak kunjung naik status. Ada pula yang lenyap dari pemberitaan, seolah – olah ditelan waktu.
“Yang kami butuh sekarang kepastian hukum. Jangan dibiarkan lama-lama seperti tidur panjang,” kata beberapa orang tokoh masyarakat, dengan nada setengah kecewa.
Kritik ini bukan tanpa alasan. Dalam beberapa tahun terakhir, isu penanganan tindak pidana korupsi di daerah itu kerap menjadi bahan perbincangan publik. Bukan karena jumlah kasusnya banyak, tetapi karena prosesnya yang lambat.
Di tengah harapan dan tekanan publik itulah, Sumanggar Siagian datang. Di Kejari Kepulauan Aru, rekam jejaknya dikenal bersih. Ia juga punya reputasi sebagai jaksa lapangan yang lebih suka turun langsung ke masyarakat, menelusuri kasus dengan pendekatan humanis tanpa kehilangan ketegasan hukum.
Kini, di Dharmasraya, tantangannya berbeda. Ia akan berhadapan dengan ekspektasi publik yang tinggi, jaringan birokrasi yang rumit, dan sederet kasus yang menunggu terkesan masih belum tersentuh.
“Kalau Kajari baru ini bisa bekerja cepat dan transparan, masyarakat akan kembali percaya,” ujar seorang dosen hukum di Dharmasraya. “Tapi kalau tidak, ya… publik akan menilai sama saja.
Pergantian pucuk pimpinan di Kejaksaan Negeri Dharmasraya seolah membuka lembaran baru dalam babak penegakan hukum di daerah itu. Namun pergantian nama saja tidak cukup. Publik menunggu tindakan konkret, terutama dalam perkara yang selama ini dianggap mandek.
Di jalan-jalan Pulau Punjung yang mulai lengang saat senja, masyarakat berbincang lagi tentang kejaksaan. Ada yang optimis, ada yang sinis. Tapi satu hal yang pasti, mereka masih menunggu. Menunggu kapan hukum benar-benar ditegakkan tanpa pandang bulu.Dan kini, bola itu berada di tangan Sumanggar Siagian.***
Discussion about this post