Agam – Setelah sekian lama melaksanakan proses belajar daring, hari ini Proses belajar mengajar (PBM) tatap muka memasuki hari ketiga di Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat, Rabu (6/1).
Di hari ketiga ini, tim monitoring Kabupaten Agam lakukan peninjauan ke sekolah di Kecamatan IV Koto, Canduang, dan Malalak.
Dimana terlihat para siswa sangat antusias datang dan mengikuti pembelajaran di sekolah dimana saja, lengkap dengan protokol kesehatan.
Salah satu siswa kelas 7 SMPN 1 IV Koto, Rafli, mengungkapkan kebahagiaan dan rasa senangnya, karena bisa mengikuti PBM secara tatap muka setelah libur panjang akibat pandemi Covid-19.
“Sangat senang sekali rasanya Kak, bisa datang kembali ke sekolah untuk mengikuti PBM secara tatap muka, dan kangen bisa bertemu dengan kawan-kawan serta bermain di sekolah Kak,” ujarnya.
Rafli menjelaskan, selama ini ia bersama kawan-kawannya hanya mengikuti PBM secara daring, dan belajar sendiri di rumah masing-masing.
Rafli mengaku, saat PBM secara daring, banyak kendala yang dihadapinya, mulai dari jaringan internet yang tidak stabil, dan ketika ada pelajaran yang kurang dipahami, tidak bisa menanyakan langsung ke gurunya.
“Tapi kalau belajar langsung di sekolah, Rafli bisa nanya langsung ke guru atau teman-teman,” tambahnya.
Selain siswa, antusias dalam mengikuti PBM secara tatap muka juga ditunjukkan oleh para guru. Mereka berpendapat bahwa tak ada yang bisa menggantikan proses komunikasi dan belajar antara guru dan murid secara langsung atau tatap muka.
Hal ini disampaikan oleh Novi Salfera, selaku Kepala Sekolah SMPN 1 IV Koto, kepada tim monitoring Kabupaten Agam, saat mengunjungi sekolah itu.
“Sekolah tatap muka lebih efektif dibanding daring,” ujarnya.
Novi Salfera mengaku, ia sangat puas dan bahagia, karena melihat siswa didiknya terlihat senang bisa kembali ke sekolah untuk PBM secara tatap muka.
Untuk mengantisipasi penyebaran dan penularan Covid-19, selain menerapkan protokol kesehatan, pihaknya juga membagi jam pembelajaran berdasarkan tingkatan kelas.
“Kita membagi waktu sekolah menjadi dua hari untuk masing-masing tingkat. Senin dan Kamis untuk kelas sembilan, Selasa dan Jumat untuk kelas delapan, Rabu dan Sabtu untuk kelas tujuh. Jadi tidak menerapkan sistem shift,” ujarnya.
Menurutnya, sistem ini lebih efektif dibandingkan dengan pertukaran shift. Karena, saat pergantian shif, akan berpotensi terjadi kerumunan siswa.
Aji
Discussion about this post