Bukittinggi — Antara profesi dan panggilan hati sering tidak bisa berjalan seiring, karena bisa saja saling berbenturan satu sama lain. Sama dengan seorang pengusaha dengan relawan yang mungkin sulit untuk disatukan.
Bagi H. Chairunnas (54), ayah empat anak yang masih menjalani oendidikan, sebagai seorang pengusaha juga menjadi relawan tidaklah sulit menjalaninya. Kedua bisa dijalankan bersamaan.
Menurut pria asal Saningkabar, Solok dan menjadi menantu orang Bukittinggi, keterpanggillan untuk menolong sesama sudah menjadi sebuah kegiatan yang tidak bisa ia tinggalkan.
“Sejak masih remaja dulu lagi, saya sudah merasa terpanggil untuk menolong orang lain. Termasuk ikut langsung terjun ke dasrah bencana ketika masih jadi pelajar, mahasiswa, bahkan sudah menjadi pengusaha sekali pun,” tuturnya.
Alumnus Universitas Muhammad Hatta Padang ini di antaranya mengaku ikut langsung terjun bersama tim penyelamat dan relawan ketika terjadi longsor Bukit Tui, Padangpanjang tahun 1980-an silam ketika masih mahasiswa dengan membawa bekal sendiri.
Begitu pun ketika terjadi Tsunami Aceh tahun 2004, bersama off roader Bukittinggi lainnya menjadi tim penyelamat pertama yang mampu menembus daerah yang masih terisoliasi habis dihantam gelombang besar tersebut.
Dari berbagai keikutsertaannya di daerah bencana itulah pada tahun 2016 lalu “ditodong” oleh relawan kemanusiaan untuk menjadi ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Bukittinggi untuk masa pengabdian lima tahun.
Merasa memiliki sarana dan fasilitas serta dukungan regulasi, H.Chairunnas “nenumpahkan” apa yang dimilikinya untuk mengabdikan dirinya pada bencana dan kemanusiaan.
Termasuk masa pandemi Covid 19 yang sudah berjalan hampir 1,5 tahun. Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 1 tahun 2018 tentang PMI yang mengamanahkan penyelamatan terhadap bencana alam dan non alam.
Bersama PMI, Chairunnas mengaku ikut langsung terjun ke lapangan membarikan bantuan kepada warga yang terkonfirmasi positif Covid 19.
Orang masih ingat, ketika pertama ditemukan warga Bukittinggi yang terkonfirmasi positif 19, tim PMI lah yang melakukan evakuasi ke rumah sakit yang melakukan perawatan.
Dengan tenaga yang memiliki kompetensi, PMI Bukittinggi kuda membantu lembaga atau sekolah yang membutuhkan Anggita atau pelajarnya untuk tes Rapid Antigen.
Selain memberikan bantuan itu, PMI Bukittinggi, tambah Chairunnas, kini lebih fokus melakukan kegiatan untuk memutus rantai penyebaran Covid 19.
Langkah yang telah dilakukan PMI Bukittinggi itulah sejak awal pandemi mulai melakukan penyemprotan disinfektan ke kawasan rawah penyebaran Covid 19, kemudian juga memulai menyediakan Tanki berikut peralatan untuk cuci tangan di begeraoa lokasi, sampai akhirnya menerima hibah dari Pemko Bukittinggi sebanyak 57 buah tanki.
Yang juga inten dilakukan relawan PMI Bukittinggi adalah melakukan tracking dan tracing terhadap warga yang terkonfirmasi positif Covid 19.
Chairunnas menyebutkan, ia bersama relawan yang menerima dara dari Satgas Covid 19 menghubungi setiap orang yang terkonfirmasi positif Covid 19, maupun orang lain yang diketahui pernah melakukan kontak.
Kedatangan relawan PMI itu memberikan pengertian dan sugesti, baik kepada warga yang dinyatakan positif maupun yang pernah melakukan kontak untuk tidak cemas dan memperhatikan kesehatan serta meningkatkan imunitas tubuh.
“Apalagi bagi warga lain yang pernah melakukan kontak dengan pasien positif apakah sudah tahu atau belum, untuk memeriksakan diri agar tidak menularkannya kepada orang yang lain,” menyebutkan langkah memutuskan rantai penyebarannya.
Bagaimana Chairunnas mampu bekerja tanpa pandang waktu dan tempat bersama sedikitnya 35 orang relawan PMI, adalah dengan melakukan sentuhan.
Chairunnas mencontohkan bagaimana memperhatikan relawan yang selesai melakukan tugas kemanusiaan mulai hal- hal atau biaya kecil seperti membelikan goreng pisang sampai mentraktir makan bersama, serta memenuhi kebutuhan lembaga dengan uang sendiri yang tidak ada alokasi anggarannya. (Pon)
Discussion about this post