Bukittinggi — Pengolahan sampah untuk dijadikan kompos, merupakan bagian solusi mengurangi beban terhadap lingkungan dan biaya. Apalagi di daerah perkotaan serta sejumlah pasar yang ada seperti di Bukittinggi dengan produksi sampah yang cukup besar.
Terutama pada hari pasar Rabu dan Sabtu, produksi sampah di Bukittinggi mencapai angka tinggi sehingga bisa mencapai 120 ton/hari yang perlu ditangani dengan baik.
Mengirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional di Limbukan, Payakumbuh, selain mengandung konsekuensi biaya, baik untuk transportasi maupun retribusi, juga semakin terbatasnya daya tampung TPA itu sendiri.
Menyadari beban dan tantangan berat dalam mengantisipasi sampah tersebut, Pemko Bukittinggi melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) sejak beberapa tahun lalu sudah mengambil langkah dengan mengolah sebagian sampah menjadi kompos.
Melalui tempat pengolahan sampai yang ada di Tabekgadang, kelurahan Auakuniang, satu dari beberapa kegiatan yang sama di Bukittinggi, mampu mengolah sampai basah sampai 1 ton/hari.
Dari jumlah tersebut menurut Andi dan Andi, dua orang tenaga pengolah sampah di sana Jumat (26/8), berhasil dijadikan kompos sebanyak 200 kilogram.
Menurut keduanya, sampah basah itu diambil dari pasar yang memproduksi cukup banyak setiap hari TPS ini tidak kekurangan bahan baku setiap harinya.
“Alhamdulillah, dengan tersedianya sampah basah yang banyak untuk bahan baku, produksi kompos yang ditargetkan mencapai 6 ton/bulan bisa berjalan lancar,” sebut Andi.
Kompos-kompos tersebut sebagaimana disebutkan Kadis LH Bukittinggi beberapa waktu lalu, tidak dikomersilkan, melainkan dimanfaatkan untuk pupuk tanaman di taman-taman kota, kecamatan sampai kelurahan. Bahkan sebagian juga dimanfaatkan oleh warga. (Pon)
Discussion about this post