PARIAMAN — Lagi-lagi tindak kekerasan terhadap wartawan kembali terjadi. Sederet peristiwa pidana yang ingin membungkam kerja pers dengan cara menganiaya kuli tinta, kali ini terjadi di Kota Pariaman.
Aksi premanisme ini dialami Ikhlas Darma Murya (IDM) selaku korban, seorang wartawan utama, Pimpinan Redaksi media online Reportase Investigasi dan Kabar Daerah yang sudah diverifikasi secara faktual oleh Dewan Pers.
Insiden penganiayaan tersebut diketahui terjadi pada Jumat (9/9) pagi, sekitar pukul 10.00 Wib, berlokasi di sebuah warung kopi Simpang Tabuik, Kelurahan Pondok Duo, Kota Pariaman.
Dari keterangan saksi mata, Senin (12/9), membenarkan terjadinya tindak pidana penganiayaan terhadap IDM pada Jumat kemaren. Menurutnya, kekerasan dan penganiayaan itu terjadi buntut dari pemberitaan dua edisi yang diterbitkan beberapa hari lalu.
“Kabar yang kami terima dari korban, kasus ini dipicu oleh pemberitaan proyek yang katanya abal-abal. Nah pelaku ini sempat mengancam wartawan (korban) yang sedang menjalani tugasnya sebagai kontrol sosial, saat itu mengawasi pekerjaan proyek yang didanai uang negara di lokasi proyek. Kalau tidak salah kejadian pengancaman hari Kamis. Barulah Jumat terjadi penganiayaan terhadap korban,” celetuk sumber media yang jadi saksi mata tak ingin disebutkan jati dirinya, Senin (12/9) di Pariaman.
Penganiayaan Wartawan Ditangani Polres Pariaman
Sementara itu dari pihak korban mengaku bahwa kasus ini sudah ditangani oleh Reskrim Polres Pariaman. “Pidananya sudah kita laporkan ke polisi setelah tindak penganiayaan dilakukan. Sudah divisum juga di-BAP. Alhamdulillah, saya apresiasi pihak kepolisian yang memberi respon cepat terhadap aduan saya,” tukuk IDM melalui sambungan telpon, Senin (12/9).
IDM menjelaskan kronologi kejadian yang saat ini sudah masuk tahap pemanggilan saksi, bermula ketika dirinya bersama ketua LSM Gempur memantau pembangunan proyek peningkatan jalan tiga ruas (DAK) paket 1 untuk kedua kalinya, Kamis (8/8), didampingi pelaksana proyek Heru dan Putra dari PT PMI.
“Jadi saya bersama ketua LSM Gempur, sdr. Ali Nurdin sepakat turun lagi ke lapangan Kamis itu. Kali ini didampingi langsung sama pihak kontraktor karena sudah janjian. Tujuannya memberikan ruang kepada pihak kontraktor atau pelaksana tentang tanggapannya, ihwal pelaksanaan proyek yang sudah diberitakan sebelumnya. Berita yang pertama kita sudah konfirmasi ke Dinas PUPR, sekarang tentu kita minta pandangan kontraktor pelaksana lagi,” beber ketua LSM Caredek ini menjelaskan.
Namun nahas, dua orang preman kampung tiba-tiba datang, sebut IDM mengindikasikan suruhan pihak pelaksana. “Saya sudah merasa ada sesuatu, karena preman kampung ini datang bersamaan dengan keberadaan pihak pelaksana. Melihat keadaan tidak kondusif lagi, kami izin pamit. Nah, si preman kampung ini langsung mengeluarkan jurus premannya. Menghalangi kami untuk pergi dari lokasi. Mengancam dan mengintimidasi kami. Jika berita tentang proyek itu terbit lagi kami akan dicarinya, begitu ancamannya seperti yang sudah saya beritakan,” terang IDM kembali.
Alhasil, masih dari keterangan IDM, ancamannya pun dibuktikan keesokan harinya. Pada Jumat pagi, salah seorang pelaku pengancaman berinisial D melihat tajam ke arah IDM yang tengah duduk di warung kopi bersama sejumlah tokoh masyarakat, dari arah belakang IDM di atas motor yang dikendarainya.
“Kebetulan saya lihat kebelakang karena sesuatu. Lalu saya ingat pelaku itu salah satu oknum yang ikut melakukan pengancaman ke kami. Maka saya datangi ke motornya, saya tanya kapasitas dia di lapangan itu sebagai apa, kok berani mengancam ngancam wartawan dan LSM. Jawabannya malah binal, bahasa preman yang dibawa, bahasa kebun bin*t*ng. Terus ngajak duel. Itulah singkat ceritanya,” paparnya menjabarkan kronologi singkat.
Wartawan dan LSM di Pariaman Galang Kekuatan
Menengarai maraknya aksi kekerasan yang terjadi oleh oknum penguasa dan pengusaha terhadap insan pers, membuat sejumlah wartawan yang tergabung di berbagai organisasi pers, serta LSM menggalang aksi solidaritas, agar mengusut tuntas setuntas-tuntasnya kasus penganiyaan yang terjadi pada IDM.
Diketahui sejumlah wartawan dan LSM berbaur menggalang kekuatan dengan harapan ke depan, agar tidak ada lagi tindak pidana penganiayaan terhadap wartawan yang sudah menciderai demokrasi itu.
Dalam aksi solidaritas itu, puluhan wartawan yang tergabung dalam berbagai organisasi pers dan LSM tersebut, sepakat agar kasus yang menimpa IDM ini dituntaskan secara hukum. Tujuannya, selain memberikan efek jera kepada pelaku penganiayaan, juga menjaga marwah pers yang melulu menjadi korban kekerasan akibat arogansi oknum penguasa dan pengusaha.
Ketua PWI Pariaman, Ikhlas Bakri yang turut hadir pada kesempatan tersebut, menerangkan bahwa aksi solidaritas ini terjadi spontanitas, menandakan soliditas wartawan di Pariaman masih terjaga. “Menandakan kami di wartawan juga memiliki jiwa korsa. Sebagai sikap penolakan kekerasan terhadap wartawan,” ungkapnya.
Dari pertemuan yang digelar pada Minggu sore (11/9) itu, terdapat beberapa poin kesepakatan, di antaranya mengutuk aksi penganiayaan wartawan yang dilakukan oleh pelaku D, serta menindaklanjuti laporan korban di Polres setempat, serta mengawasi pekerjaan proyek peningkatan jalan tiga ruas (DAK) paket 1 yang dikerjakan PT PMI. (Rel)
Discussion about this post