Bukittinggi — Berbeda dengan siang hari, penampilan pesta kesenian dan kebudayaan pada malam pertama di arena Pedati XII cukup menarik perhatian penonton.
Kalau siangnya, penampilan pelajar SMAN 1 Bukittinggi di pentas arena Pedati, mayoritas pagelaran dihadiri oleh pelajar yang kelihatan dari pakaian dan atribut mereka.
Tapi malam ini, sesuai dengan jumlah pemain Tambua dan Tasa, serta agresifitas yang cukup dinamis, kesenian tradisional yang berasal dari Tanjuang Raya, Agam, hanya memahami arena di depan pentas.
Andri, seorang warga Ladang Laweh, Banuhampu, Agam, yang mengaku sengaja datang pada Jumat (16/15) bersama keluarga menyebutkan ingin melihat kegiatan yang ditampilkan dalam kesenian pada acara Pedati di lapangan Kantin tersebut.
“Asyik dan menarik melihat gerakan para pemain Tambua dan Tasa, serta iramanya enak untuk di dengar. Lagi pula ini kan bagian potensi kesenian tradisional Minangkabau yang patut dilestarikan,” katanya.
Menurut Andri, setelah menyaksikan atraksi kesenian itu, baru ia bersama keluarganya ingin melihat deretan stand dan barang yang dipajangkan di areal lapangan Kantin.
Ditanya bagaimana penilaiannya terhadap Pedati XII ini, Andri mengaku memang masih terbatas, terutama stand yang memajangkan barang-barang dalam berbagai jenis itu
Namun ia juga berharap, kalau bisa dilaksanakan rutin kembali seperti sebelumnya, Andri yakin Pedati ini bisa menjadi bagian icon kembali, seperti yang pernah terjadi. (Pon)
Discussion about this post