Kota Solok – Kota Solok merupakan Kota Beras. Julukan ini bukan hanya sebatas julukan belaka, karna dapat dilihat dari setiap tahunnya Kota Solok dapat menghasilkan 11.516 ton, atau 8.958 ton gabah (5.758 ton beras) dalam enam bulan.
Hal ini merupakan hasil dari data survey langsung ke seluruh huller (penggilingan padi) di Kota Solok untuk data 6 bulan, diperoleh data 5.532 ton gabah atau 3.557 ton beras, sehingga diduga ada data gabah sebesar 3.426 ton atau 2.201 ton beras yang hilang atau keluar dari Kota Solok. Oleh karna itu tak heran kota Solok dijuluki Kota Beras dan timbulnya permasalahan Gabah di Kota Beras.
Oleh karna itu Kepala Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan Ir. Efrizal Hasdi mengadakan rapat koordinasi dengan pengusaha huller (penggilingan padi) guna mempersiapkan paguyuban atau asosiasi huller Kota Solok, agar segala permasalahan huller, permasalahan gabah dan beras di Kota Solok dapat teratasi di ruang rapat Dinas Pangan, pada Rabu (25/8).
Pertemuan ini dihadiri oleh 10 pengusaha/ pengelola huller dengan harapan adanya asosiasi huller yang terbentuk, diharapkan akan ada satu kata untuk gabah/ beras, sehingga tengkulak yang datang dari luar susah untuk melaksanakan aksinya di Kota Solok.
Efrizal mengatakan, permasalahan huller di Kota Solok adalah harga gabah yang mahal, susah menjual beras, Beras Solok sering dicampur dan banyaknya gabah menumpuk di huller.
“Asosiasi huller ini sudah dari dulu dirancang, namun setelah ada rapat dengan pengelola Huller, kegiatan panen, jual beli gabah/ beras kembali seperti biasa dan masing-masing pengelola berjalan sendiri-sendiri. Akibatnya, saat ini ada huller yang susah memasarkan berasnya, ada huller yang kosong tidak ada gabah. Jika ada asosiasi, tentu hal ini tidak terjadi,” ungkap Efrizal.
“Hal ini penting karena Solok adalah Kota Beras, jangan sampai suatu saat slogan tersebut hanya tinggal nama,” tutup Efrizal.
Dalam Pertemuan ini juga menyepakati beberapa hal sebagai bahan evaluasi, yaitu permasalahan sukat agar ada sukatan resmi dari pemerintah daerah, harus ada campur tangan pemerintah daerah untuk membuka kerjasama penjualan beras ke provinsi tetangga. BBM (Solar) yang susah diakses untuk huller. Pupuk untuk petani yang langka dan susah diakses petani, susah mendapatkan beras Solok murni meskipun dikarung beras tertulis Beras Solok asli. (*)
Discussion about this post