Payakumbuh – Pemerintah Kota Payakumbuh mencanangkan Pekan Imunisasi Dunia (PID) dan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) di halaman Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh, Selasa (19/4).
Dalam kegiatan itu hadir Wali Kota Riza Falepi diwakili oleh Asisten III Amriul Dt. Karayiang, Unsur Forkopimda, Plt. Kepala Dinas Kesehatan Yuneri Yunirman, Camat, Kabid Kesmas dan P3 Fatma Nelly, kepala puskesmas dan kader promkes se Kota Payakumbuh.
Amriul Dt. Karayiang mengatakan seharusnya 2 tahun terakhir imunisasi yang dilaksanakan lengkap di Kota Payakumbuh, tapi karena Pandemi Covid-19 menjadi terkendala, maka dengan momentum pencanangan hari ini dikejar cepat, bila tidak, dikhawatirkan menjadi masalah pertumbuhan penduduk pada 20 hingga 30 tahun kedepan.
“Bila generasi kita tidak diimunisasi, maka akan menimbulkan dampak negatif, kami menghimbau warga yang punya anak, segera berikan imunisasi, dan kami minta OPD lainnya agar membantu menyukseskan ini,” himbau Amriul sekaligus memukul gong pertanda kegiatan bertema “Wujudkan Masa Depan Gemilang Dengan Imunisasi Lengkap” itu dicanangkan.
Sementara itu, Plt. Kadis Kesehatan Yuneri Yunirman mengatakan sudah puluhan tahun Indonesia akrab dengan vaksin. Sejarah vaksin di Indonesia secara resmi dimulai tahun 1956, ketika dilakukannya vaksinasi cacar. Pemberian vaksin ini diakui sebagai salah satu upaya pencegahan yang cukup efektif dalam upaya memerangi satu wabah penyakit.
Sejarah imunisasi di Indonesia dimulai dengan imunisasi cacar (1956); imunisasi campak (1963); dengan selang waktu yang cukup jauh mulai dilakukan imunisasi BCG untuk tuberculosis (1973); disusul imunisasi tetanus toxoid pada ibu hamil (1974); imunisasi difteri, pertusis, tetanus (DPT) pada bayi (1976); lalu polio (1981); campak (1882); dan hepatitis B (1997); hingga inisiasi imunisasi Haemophilus Influenza tipe B dalam bentuk vaksin pentavalen.
“Hingga saat ini, sejarah terus mencatat upaya Indonesia untuk melindungi generasi bangsanya dari ancaman penyakit berbahaya melalui program imunisasi secara nasional,” kata Yuneri.
Ditambahkannya, dalam dua tahun terakhir, sejak dunia terdampak dengan pandemi, pelaksanaan layanan imunisasi cukup mengalami tantangan. Secara global, pada tahun 2020 WHO merilis terdapat 23 juta anak di bawah umur satu tahun yang tidak menerima imunisasi dasar. Ini merupakan angka tertinggi sejak tahun 2009 .
“Begitu juga dengan Kota Payakumbuh juga mengalami hal yang sama dalam capaian cakupan imunisasi, tercatat tahun 2021 masih ada 622 (21,3%) balita yang belumlengkap status imunisasinya. Sedangkan cakupan untuk imunisasi campak dan rubella (MR) bayi tahun 2021 sebanyak 2.265 (77,4%). Untuk tahun 2022 sampai Februari baru tercatat 209 (7,5%) bayi yang terimunisasi MR, sedangkan target untuk bulan Februari itu seharusnya 15,8%,” terang Yuneri.
Yuneri berharap dengan Pekan Imunisasi Dunia (PID) 2022 dan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) merupakan momen yang penting untuk masyarakat Indonesia pada umumnya dan Kota Payakumbuh pada khususnya, supaya dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya imunisasi dasar lengkap.
“Meski imunisasi telah menurun selama pandemi Covid-19, tapi ini adalah moment yang tepat untuk kegiatan kita mengejar imunisasi lengkap pada balita kita. Yaitu semua balita sudah harus mendapatkan imunisasi lengkap,” tukuknya.
Terakhir, Yuneri memaparkan kegiatan ini akan dilaksanakan 2 tahap yakni pada tahap 1 bulan Mei sampai dengan Juni 2022 dan tahap 2 bulan Agustus sampai dengan September 2022. Sasarannya adalah bayi usia 9 bulan sampai anak usia 15 Tahun.
“Untuk itu peran lintas program dan lintas sektor sangat dibutuhkan untuk memberikan pemahaman yang benar kepada semua pihak, bahwa imunisasi sangat penting untuk memberikan perlindungan terhadap PD3I dan mencegah Kejadian Luar Biasa (KLB) pada masa yang akan datang, dalam rangka mewujudkan generasi bangsa yang sehat, kuat dan cerdas,” pungkasnya. (*)
Discussion about this post