Pesisir Selatan – Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Marwan Anas menyebutkan banjir yang terjadi di Ranah Hulu Ampek Tapan (Rahul), Kabupaten Pesisir Selatan, diduga akibat aksi illegal logging (Illog) atau pembalakan liar berkepanjangan. Pemerintah dinilai tutup mata.
“Penyebab bencana ini kuat dugaan akibat adanya aktifitas penebangan liar (illegal logging), terutama di Hutan Taman Nasionalis Kerinci Seblat (TNKS), pemerintah jangan tutup mata dan harus gencar merazia orang yang berperilaku jahat itu,” ujarnya.
Menurutnya, penebangan hutan ini tentu berdampak buruk terhadap kenyamanan warga, untuk memberikan kenyamanan warga tentu pemerintah harus hadir disitu. Pemerintah tutup mata.
Menurutnya lagi, saat peristiwa banjir yang melanda Rahul tersebut tampak ada beberapa pohon besar, serta bekas pohon ditebang yang dihanyutkan air dan ada sebagian orang mengangkut kayu menggunakan mobil, “Inilah akibatnya hutan ditebang secara liar, banjir melanda sebuah negeri di ujung Pesisir,” katanya.
Ia menambahkan, diduga perambahan hutan di Rahul, diduga dilakukan oknum untuk mencari keuntungan tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan.
Karena itu, bila warga ada yang menemukan atau melihat pelaku menebang hutan tanpa izin agar segera melapor ke pihak berwajib.
“Saya menyakini pemerintah tidak memberikan izin kepada pengusaha yang melakukan penebangan di kawasan hutan lindung situs warisan dunia ini,” ujarnya.
Mantan Anggota DPRD Pessel dua periode itu, mengaku miris melihat kondisi hutan, karena informasi dihimpun banyak pembangunan hutan secara illegal.
Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IX Pesisir Selatan, Mardianto mengatakan, banjir yang terjadi di Rahul tidak lepas dari beberapa aspek, pertama aspek warga yang membuka lahan di hutan produksi, aspek konversi lahan yan dilakukan warga dan tidak menutup kemunkinan penebangan hutan TNKS.
“Penebagan hutan TNKS juga salah satu pemicu banjir yang terjadi di Rahul, Tapan dan BAB, sebelumnya kami sudah koordinator dengan pihak terkait,” ujarnya.
Dari data dihimpun reportaseinvestigasi.com yang terdampak korban banjir di Kantor Camat Rahul, jumlah rumah terendam di kecamatannya 901 rumah dan 3.807 jiwa dengan rincian sebagai berikut; Kampung Tengah Tapan sebanyak, 612 rumah (2518 jiwa), Binjai Tapan, 183 rumah (735 jiwa), Talang Balarik Tapan 63 rumah (350 jiwa) serta Limau Purut Tapan sebanyak 43 rumah (186 jiwa)
Sementara di Camat Basa Ampek Balai Tapan, terdapat enam nagari yang terdampak banjir, antara lain Nagari Tapan sebanyak 82 KK, Koto Anau Tapan 37 KK, Batang Arah Tapan 28 KK, Tanjung Pondok Tapan 20 KK, Dusun Baru Tapan 40 KK, Batang Betung Tapan 23 KK.
Di kedua kecamatan, banjir juga merusak lahan Pertanian, Perkebunan, Sarana dan Prasarana umum serta infrastruktur dan fasilitas umum lainnya. Berdasarkan data yang ditembuskan oleh Pemerintah Kecamatan kepada Pemerintah daerah setempat, areal perkebunan dan pertanian warga yang berisi tanaman Padi dan Jagung juga ikut terendam.
Untuk areal pertanian, sekitar 60 hektare terdampak banjir, sementara untuk areal perkebunan kurang lebih 44 hektare. (Robi)
Discussion about this post