PADANG PARIAMAN – Mirisnya pelaksanaan pekerjaan proyek rehabilitasi dan renovasi sarana prasarana sekolah, milik Balai Prasarana Pemukiman Wilayah, Satker Pelaksanaan Prasarana Pemukiman Sumatera Barat cukup menuai perhatian. Pasalnya, selain pekerjaan yang serampangan dan asal-asalan, keganjilan atas indikasi permainan lainnya pun turut menyelimuti proyek belasan miliar tersebut.
Dalam plang proyek perkerjaan yang seyogianya menggunakan dana APBN 2020 ini, terdapat 9 paket pekerjaan rehab sekolah yang tidak diketahui pagudananya secara rinci, alias tidak spesifik. Padahal kegiatan pekerjaan ini terdiri sebanyak 9 paket sekolah yang tersebar di Kabupaten Agam, Pesisir Selatan dan Padang Pariaman.
PT Surya Pratama Mandiri (SPM) tidak merinci satu persatu jenis kegiatan dan pagu anggaran setiap sekolah. Pelaksana kegiatan hanya mencantumkan secara include nilai kontrak dari kegiatan itu , yakni sebesar Rp. 14.657.259.000. Sebagai contoh, pekerjaan proyek yang tengah dikerjakan di SDN 10 Sei. Geringging, Padang Pariaman.
Alhasil, pekerjaan yang sejatinya merupakan pembangunan ulang sekolah dan pembuatan pagar ini di SDN 10 Sei. Geringging, Padang Pariaman ini pun, tidak diketahui anggarannya. Kurangnya keterbukaan informasi tentang teknis pekerjaan, seperti menampilkan gambar kerja di direksiket, juga tampak tidak dilakukan PT SPM dengan nomor kontrak: 10/HK.02.01/PSP-POP.PPP-SB/2020, ini.
Bahkan ironisnya, konsultan managemen konstruksi PT Multi Mitra Serasi Konsultan (KSO) melakukan pembiaran. Konspirasi permainan disinyalir terjadi dalam pembanguanan ini.
Saat ini yang terlihat di lapangan, pembangunan pagar yang sudah dikerjakan terlihat asal jadi. Buktinya, adukan semen pembuatan pagar tersebut tak jelas takarannya akibat pekerjaan memakai tenaga manual. Kekuatan semen dalam pembuatan pagar tampak rapuh, bahkan pemakaian kolom juga tergantung-gantung antara slof dan kolom. Besi yang digunakan juga diduga menggunakan besi banci.
Selain disinyalir memainkan spek besi banci, jarak begol pada slof dan kolom juga diduga dimainkan. Tak sampai di situ saja. Kondisi di lokasi pekerjaan saat ini, di beberapa titik untuk pekerjaan galian anstampang diduga terlihat dangkal. Bahkan batu kali yang diisi tidak beraturan baik segi ukuran maupun kekuatan. Wajar saja, pasalnya batu yang dipakai untuk anstampang memakai batu mangga. Parahnya lagi, selain penggunaan batu mangga, batu bata bekas pecahan gedung lama juga banyak ditemukan di galian tersebut.
Lebih anehnya di sini, pembangunan ulang sekolah di SDN 10 Sei. Geringging ini memaksa siswa untuk menumpang belajar di sekolah lain. Akibat tidak adanya pembangunan sekolah darurat sebagai tempat murid-murid melakukan proses belajar mengajar.
“Kasian kita pak. Anak-anak sekolah di sini terpaksa menumpang di sekolah lain, jaraknya lumayan jauh karena tidak disediakannya sekolah darurat. Biasanya kan, kalau orang membangun jembatan, itu biasanya disediakan jembatan daruratnya. Nah, ini sekolah loh yang dibangun. Malah anak-anak mau belajar ditelantarkan?” Tukuk warga setempat menohok.
Namun ketika ditanyakan berapa pagu anggaran untuk SDN 10 Sei. Geringging ini, dia berujar paket pekerjaan ini memiliki pagu dana sebesar Rp. 1,6 miliar. “Dananya sekitar Rp 1,6 miliar ini,” ujarnya lagi.
Dari informasi yang media dapatkan. Saat ini paket proyek pekerjaan yang berjudul Kegiatan Rehabilitasi dan Renovasi Sarana Prasarana Sekolah yang berada di Balai Prasarana Pemukiman Wilayah Sumatera Barat, ini berjumlah 67 paket sekolah yang tersebar di 11 kabupaten/kota Sumatera Barat.
Discussion about this post