Bukittinggi — Selama lima belas hari di penghujung tahun 2022 ini, merubah wajah Bukittinggi. Keramaian yang sebetulnya rutin muncul di setiap masa liburan, kini bagai merubah kota mungil menjadi metropolitan.
Betapa tidak, sejak mulai digelar Pesta Budaya Seni Pameran Dagang dan Industri (Pedati) tanggal 15 Desember lalu, sampai hari-hari terakhir penutup tahun, geliat kehidupan tidak berhenti.
Kehidupan metropolis itu lebih terlihat hampir di sepanjang dalam kota Bukittinggi. Apalagi di kawasan pusat kota, sorotan lampu kendaraan bermotor pada malam yang berjalan merayap, tidak ubahnya seperti suasana kota-kota besar.
Walau tidak seramai malam, siang hari pun, ruas-ruas jalan di jantung kota, hanya bisa jalan beringsut. Terutama di jalan Ahmad Yani, Kampuang Cino dan jalan Minangkabau, membuktikan padatnya kendaraan bermotor.
Kondisi itu diakui oleh seorang pengunjung dari Pekanbaru, Daflius yang sengaja datang ke Bukittinggi karena mendapat informasi dari kedua tentang aktivitas yang berlangsung selama dua pekan terakhir.
Menurut mantan Panen Polri di Polda Riau itu, melihat bagaimana padatnya kendaraan bermotor berbagai jenis yang lalu-lalang dengan merangkak itu, Bukittinggi paling tidak saat ini berubah menjadi kota Metropolitan.
“Ya, samalah suasananya dengan Pekanbaru yang memang sudah menjelma menjadi kota Metropolitan,” ulasnya ketika bersua dengan reportaseinvestigasi.com, Kamis (29/12) siang di kawasan Pasar Ateh.
Meski terdapat ada kekurangan untuk beberapa hal, namun Daflius yang ternyata berasal dari Padangtarok, Baso, Agam mengakui pengaturan arus lalulintas oleh petugas terkait yang cukup baik, bisa mengatasi kemacetan pada titik tertentu.
Sayang, Daflius mengakui tidak melihat Pedati yang sudah berakhir, karena ia baru datang setelah berbagai kegiatan yang ditampilkan telah berakhir.
“Yang jelas menilai, dengan diselenggarakannya Pedati kembali dan dibarengi dengan HJK telah menciptakan Bukittinggi saat ini menjadi Kota Metropolitan,” tegasnya. (Pon)
Discussion about this post