Oleh: Syafri Piliang
Wartawan Muda
Dharmasraya – Pagi itu, embun masih menempel di dedaunan di Nagari Tabek, Kecamatan Timpeh. Di sudut kampung, sebuah menara air berdiri tegak, pipa-pipa baru mengilap, dan suara gemericik air terdengar mengalir ke bak penampungan warga. Anak – anak tampak riang mengisi jeriken, sementara seorang ibu tersenyum lega. Mereka tak perlu lagi berjalan jauh ke sungai untuk mendapatkan air bersih.
Infrastruktur itu adalah satu dari tiga unit Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) yang baru saja selesai 100 persen pada akhir 2025. Dua lainnya berada di Nagari Sialang Gaung, Kecamatan Koto Baru, dan Nagari Gunung Medan, Kecamatan Sitiung. Semuanya rampung lewat alokasi Dana APBN senilai Rp1,5 miliar. Ini buah nyata dari kerja keras Bupati Dharmasraya, Annisa Suci Ramadhani, dalam mengetuk pintu pemerintah pusat.
Tak sedikit kepala daerah menunggu peluang program pusat datang. Namun Annisa memilih cara berbeda. Dalam beberapa kesempatan, ia bertolak ke Jakarta, bertemu pejabat kementerian, membawa langsung proposal kebutuhan air bersih untuk daerahnya.
“Beliau sendiri yang mengusulkan dan melakukan advokasi agar Dharmasraya mendapat prioritas,” ujar Plt Kepala Dinas PUPR Dharmasraya, Catur Eby, mengingat kembali proses panjang yang kini berbuah manis. “Hari ini hasilnya bisa kita lihat, tiga unit selesai 100 persen.”
Tak hanya lobi, proses teknis juga berjalan ketat. Dari perencanaan, pengeboran sumur dalam, pemasangan pipa jaringan, pembangunan reservoir, hingga pengujian kualitas air.Tentu semuanya melalui tahapan verifikasi berulang. Masyarakat pun dilibatkan melalui pelatihan dan pembentukan lembaga pengelola air agar fasilitas tak berhenti hanya pada peresmian.
Nagari Tabek mendapatkan sumber air permukaan dalam berdebit 2,27 liter/detik, sementara Sialang Gaung dan Gunung Medan mengandalkan sumur bor dalam dengan debit 1,5 liter/detik. Cukup untuk menopang kebutuhan ratusan kepala keluarga.
Di Tabek, Wali Nagari Hermanto Dt Rajo Mangkuto tampak sumringah. Baginya, Pamsimas bukan hanya proyek fisik tetapi juga berkat bagi warganya.
“Kami sangat berterima kasih kepada Ibu Bupati. Sekarang warga kami bisa menikmati air bersih dengan mudah dan sehat,” tuturnya. “Perjuangan beliau benar-benar terasa manfaatnya bagi masyarakat.”
Ungkapan senada terdengar dari ibu – ibu yang sejak dulu harus mengangkut air dengan ember. Kini, air mengalir hingga ke pekarangan rumah.
Pemerintah Kabupaten Dharmasraya tidak ingin program berhenti pada peresmian proyek. Tahap berikutnya difokuskan pada pemeliharaan, pendampingan kelompok pengelola air, serta dukungan operasional agar sarana tetap hidup bertahun-tahun ke depan.
Infrastruktur air bersih bukan hanya tonggak pembangunan, tetapi fondasi kesehatan, ekonomi, hingga kualitas hidup. Anak – anak bisa belajar lebih tenang, ibu rumah tangga tak lagi berjam-jam mencari air, dan masyarakat dapat beraktivitas lebih produktif.
Di tengah derasnya pembangunan di pusat kota, cerita dari sudut-sudut nagari ini menunjukkan perubahan yang lebih mendasar yaitu akses pada kebutuhan paling pokok air bersih. Hasil dari komunikasi lintas lembaga, strategi pembangunan yang tak hanya menunggu waktu serta sikap jemput bola seorang kepala daerah.
Air terus mengalir, menghidupkan ladang, mengisi gentong-gentong rumah, dan mungkin menjadi pengingat bahwa pembangunan tak melulu megah. Terkadang, ia hadir lewat hal sederhana, setetes air bersih yang kini dinikmati warga Dharmasraya dari hasil perjuangan panjang.***



Discussion about this post