PD. PARIAMAN – Ditemukan 12 kasus baru terkena HIV/AIDS di Padang Pariaman. Penyebaran kasus HIV/AIDS semakin mengkuatirkan di Kabupaten Padang Pariaman. Dalam rentang waktu Januari hingga April 2018.
Demikian terungkap dari wawancara terpisah Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman Dr. Jasneli Mars, Kepala Puskesmas Sintuak Drg. Fidiah dan Sekretaris Forum Kabupaten Sehat (FKS) Kabupaten Padang Pariaman Armaidi Tanjung, Kamis (31/5/2018) di Puskesmas Sintuak, Kabupaten Padang Pariaman.
Menurut Jasneli, dari 12 kasus HIV/AIDS yang ditemukan tersebut, sebanyak 8 kasus pelakunya adalah laki-laki suka laki-laki (LSL) alias gay. Sedangkan 4 kasus merupakan perilaku seks bebas dengan pasangan beda jenis kelamin. “Ini perlu menjadi perhatian semua pihak untuk menekan penyebaran kasus HIV/AIDS,” kata Jasneli.
Sementara Fidiah mengungkapkan, di wilayah Puskemas Sintuak saat ini sudah ditemukan 3 kasus HIV/AIDS. Satu orang diantaranya terinfeksi karena perilaku seks LSL. Dari hasil temuan tim medis, dua orang diantaranya terkena setelah merantau ke luar propinsi Sumatera Barat. “Mereka yang terkena HIV/AIDS tersebut berusia antara 19 – 24 tahun. Ini jelas usia yang sangat produktif,” kata Fidiah.
Sekretaris FKS Padang Pariaman Armaidi Tanjung menyebutkan, temuan dari tenaga kesehatan tersebut membuktikan jika dulu perantau hanya mengirimkan uang via wesel ke kampung halaman. Namun sekarang perantau tidak hanya mengirimkan uang ke kampung halaman, tapi juga penyakit yang berbahaya. Yakni HIV/AIDS. Di rantau mereka tidak ada yang mengawasi dan tak malu melakukan seks bebas, berganti pasangan, sehingga tertular HIV/AIDS.
“Setelah sampai di kampung, merasakan gejala tertentu di bagian kemaluannya. Kemudian mendatangi Puskesmas atau klinik kesehatan. Di sinilah terungkap bahwa dirinya sudah terkena HIV/AIDS,” tutur Armaidi Tanjung penulis buku Free Seks No, Nikah Yes ini.
Dikatakan Armaidi, penyakit kelamin dan HIV/AIDS ini bukan lagi penyakit yang hanya ada di kota-kota besar saja. Tingginya mobilitas orang ke berbagai kota dan daerah lainnya di dunia ini, termasuk masuknya orang luar ke daerah ini, salah satu penyebab akan terus meningkatkan kasus HIV/AIDS di masa mendatang.
Baik Jasneli, Fidiah maupun Armaidi Tanjung sependapat, pergaulan anak-anak remaja, pelajar dan generasi muda perlu diwaspadai orangtua dan masyarakat. Laki-laki yang terlalu akrab, memperlihatkan pergaulan yang mencurigakan, patut diwaspadai jangan sampai menjadi LSL. Dari data yang ditemui tahun ini, terbukti lebih banyak yang terkena HIV/AIDS adalah LSL.
“Peran orangtua sangat penting dalam mencegah sejak dini perilaku seks menyimpang tersebut. Orangtua yang terlalu sibuk dengan kehidupannya, kurang memperhatikan perubahan perilaku anak, termasuk dengan siapa saja mereka berteman akrab, salah satu penyebab anak terpengaruh perilaku seks menyimpang tersebut,” tutur Armaidi Tanjung.
Sebagian orangtua beranggapan, anaknya selalu patuh, tidak banyak permintaan, lebih banyak berdiam di rumah yang ditemani oleh teman laki-laki, ternyata sudah LSL. Untuk itu, perlu ditingkatkan kewaspadaan orangtua terhadap anak-anaknya, kata Armaidi Tanjung. (at/amir)
Discussion about this post