PARIAMAN – Sejak menepi di perairan Kota Pariaman (Oktober 2023), nasib Kapal Perang KRI Teluk Bone 511, hibah dari Kemenhan RI sempat terkatung-katung.
Kapal bekas perang dunia kedua itu, cukup lama, jadi pameo masyarakat sebagai penahan angin dan ombak bagi pedagang di kawasan Talao Pauah, karena tidak masuk dalam pagu anggaran tahun 2024.
Menghabiskan biaya perjalanan sebesar Rp2 M, kapal seberat ratusan ton itu sempat pula jadi musuh nelayan setempat, karena talinya mengganggu lalu lintas kapal.
Kendati sudah mengucurkan dana milyaran, Pemko Pariaman seperti tidak acuh dengan keberadaan kapal ini, buktinya sejak awal pembahasan anggaran APBD 2024 tidak ada alokasi untuk menepikan kapal itu.
Kapal yang dibuat di galangan kapal American Bridge Company, Ambridge, Pennsylvania ini, akhirnya menentukan nasibnya sendiri beberapa hari lalu. Terpaan angin badai dan gelombang tinggi di perairan Pariaman, membuatnya menepi dengan sendiri di kawasan wisata Talao Pauah.
Seluruh tali pengikat dan jangkarnya putus. Beruntung kapal terbawa ke pinggir pantai dengan selamat.
Masyarakat sempat takut melihat kapal sebesar itu menepi terbawa angin, seperti akan menghantam kedai mereka. Sekarang kapal itu, cuma menyisakan jarak puluhan meter dengan badan jalan di kawasan wisata Talao Pauah.
Asisten 1 Pemko Pariaman Yaminu Rizal, melalui rapat bersama OPD terkait dan Lantamal II Padang, sudah sepakat untuk menggantungkan nasib kapal ini pada situasi alam.
“Sekarang, yang jelas kami akan memindahkan kapal ini untuk mengamankan posisinya,” ujar Yaminu Rizal.
Supaya tidak menimbulkan bencana lain baik pada orang, alam dan infrastruktur yang ada.
Walaupun posisi kapal ini tidak sesuai rencana awal, dimana lokasi kapal ini berdiri sudah disiapkan di kawasan muara pantai Gandoriah, dekat tiang pancang masjid terapung.
Situasi alam mengubah semua rencana itu, tanpa anggaran sekalipun, KRI Teluk Bone mengambil sikap tegas atas nasibnya.
Kepala Inspektorat Kota Pariaman Alfian Harun, menyebut, anggaran sebesar Rp2 M untuk kapal hibah itu, sebenarnya sudah termasuk biaya perjalanan dari Surabaya hingga sampai ke lokasi rencana awal.
Hanya saja beberapa puluh meter dari lokasi, kapal sudah kandas. Tidak bisa ditarik lagi ke pinggir. “Sudah dicoba menariknya, tapi tali putus. Makanya kami amankan saja di tengah,” tuturnya.
“Alhamdulillah atas izin Allah, kapal bisa menepi, meski tidak sesuai posisi awal yang ditentukan,” tambahnya.
Alfian mengaku situasi alam ini harus dimanfaatkan, sekarang pemerintah berusaha mengamankan posisinya.
Ia berharap posisi kapal saat ini bisa merealisasikan rencana awal kapal ini untuk jadi destinasi wisata bahari. Ia menegaskan dimanapun posisi kapal ini akhirnya, kapal ini akan dimanfaatkan untuk menunjang ekonomi dan pariwisata Kota Pariaman.
“Kita pasti akan menjadikannya destinasi wisata, tapi belum jelas kapan waktunya. Jelang lebaran ini pun tidak mungkin,” jelasnya. Meski sudah berada di pinggir, Pemko Pariaman masih membatasi pengunjung untuk mendekat ke kapal karena masih belum layak. **
Discussion about this post